Puisi: Melukis Ketentraman (Karya Moh. Wan Anwar) Melukis Ketentraman bacalah sajak-sajakku yang ditulis dengan basmalah, yang pada setiap kata-katanya memancar roh pendakian dan pengasingan ke bukit…
Puisi: Dalam Takdir (Karya D. Kemalawati) Dalam Takdir Seperti mengenal cuaca Hanya payung dan sepatu Bergeming di depan pintu Berjalan di atas ta…
Puisi: Sepi Adalah Kata (Karya Cucuk Espe) Sepi Adalah Kata Puisiku lahir dari sepi Saat angin menyapa dendam Saat dingin mengukir embun Jatuh di atas bebatu tak mati Meski badai …
Puisi: Jalan Setapak (Karya Acep Zamzam Noor) Jalan Setapak Seperti lidah yang dijulurkan langit merah Jalan setapak membentang ke cakrawala Di antara jurang dan tebing, gerumbul ilalang…
Puisi: Sajak Bulan tentang Sungai (Karya Acep Zamzam Noor) Sajak Bulan tentang Sungai Telah kusebar harum bunga dan kuterangi Belantara. Kuselimuti belukar dan semak yang gelap Aku mengalir sepanjang…
Puisi: Perempuan dan Anak Sang Waktu (Karya Diah Hadaning) Perempuan dan Anak Sang Waktu Pagi, perempuan menyisir serat kabut setelah doa subuh dirunut menghitung sisa bintang harap sandar perahu…
Puisi: Syair Rindu (Karya Marah Roesli) Syair Rindu ( Surat dari Samsulbahri kepada Sitti Nurbaya ) Awal bermula berjejak kalam, Pukul sebelas suatu malam, Bulan bercaya mengedar alam, Bint…
Puisi: Saat Ini Aku Tidak Berpikir (Karya Mh. Rustandi Kartakusuma) Saat Ini Aku Tidak Berpikir Saat ini aku tidak berpikir sebagaimana telah angus sayap garuda disambar sesuatu yang tidak tentu. Hilang aku ke dalam b…
Puisi: Kota yang Terkutuk (Karya Mardi Luhung) Kota yang Terkutuk Kota yang terkutuk adalah sekarung-tenung yang galau oleh bisik-bisik dan bom dan di atasnya, sekiat perut-matahari mengeringkan s…