Puisi: Elbe (Karya Agam Wispi) Elbe pernah elbe merah mandi darah oleh batu arang untuk perang kini elbe cerlang hitam oleh batu arang untuk kamar yang dipanaska…
Puisi: Terzina Maut (Karya Agam Wispi) Terzina Maut Suatu hari: kau mati dalam sunyi Tentu! sendirian: sendiri. 2003 Analisis Puisi: Puisi &quo…
Puisi: Kepada Partai (Karya Agam Wispi) Kepada Partai Dia yang lahir dalam kancah perjuangan kini sudah besar dan menjadi dewasa; Dia yang dibesark…
Puisi: Sekuntum Bunga untuk DNA yang Dibunuh (Karya Agam Wispi) Sekuntum Bunga untuk DNA yang Dibunuh Sekuntum bunga untuk DNA yang dibunuh aku ingat sepatumu yang usang capalan namun matamu tak t…
Puisi: Tinoor (Karya Agam Wispi) Tinoor Para lelaki sudah pergi atau mati yang kembali ketinggalan hati di tanah seberang di kota ramai pulangnya tak berarti Kami yan…
Puisi: Menyusur Tondano (Karya Agam Wispi) Menyusur Tondano Jip melambung berguncang-guncang hadap-hadapan bukit, danau dan hutan tenang kereta-kuda b…
Puisi: Tangan Seorang Buruh Batu-Arang (Karya Agam Wispi) Tangan Seorang Buruh Batu-arang Trem lari-lari di bawah rintik salju wajah dalamnya tiada sehijau rumput negeriku di sini di bumi kelabu h…
Puisi: Penyair Mencari Sarang (Karya Agam Wispi) Penyair Mencari Sarang Penyair mencari sarang di tepi kanal Amsterdam camar melayang meninggalkan sarang dig…
Puisi: Orang-Orang Lorong (Karya Agam Wispi) Orang-Orang Lorong Dentang piano di hari basah sampai juga ke jendela tinggal bingkai di sana terpahat waj…