Postingan

Puisi: Kita (Karya Agam Wispi)

Kita kawan datang kawan pergi yang bersisa hanya persahabatan lawan datang lawan pergi yang tinggal teguh cinta kemerdekaan Asamlama, 4 September 195…

Puisi: Kereta Api Cepat (Karya Agam Wispi)

Kereta Api Cepat kecitak-kecitung jakarta-bandung terasa jauh, terasa jauh jika kau gubuk di kaki gunung singgahku tidak untuk berteduh Padalarang, 2…

Puisi: Petani yang Diusir (Karya Agam Wispi)

Petani yang Diusir kau mencangkul menyemai kehidupan dan dunia damai seperti kedamaian daun padi dicumbu angin hujan memandikan kau dari segala noda …

Puisi: Desa dalam Cinta (Karya Sabar Anantaguna)

Desa dalam Cinta Gadis desa memetik sirih di dalam senja menikmati lagu pertama dari kekasih harap tinggal dalam kenangan:     Hari ini kusampaikan h…

Puisi: Gadis Desa (Karya Sabar Anantaguna)

Gadis Desa (Untuk Kustini) Di tepi pagar gadis terdampar hati berdebar mortir menjeblar dilihatnya ke samping, dapur terbakar. Dia pun bangkit berlar…

Puisi: Pernyataan Petani (Karya Sabar Anantaguna)

Pernyataan Petani (untuk kawan-kawan BTI) Pada ayam berkokok dan lalang terbungkam betapa sakitnya kegeliatan lapar di sunyi hari bersorakkah ayam ja…

Puisi: Lagu Tanpa Nada (Karya Sabar Anantaguna)

Lagu Tanpa Nada Ada lagu tanpa nada ditulis dalam penjara nafasnya penuh cinta Kalau menampi tampilah hati di tangan menggenggam deru Ada lagu tanpa …

Puisi: Gerimis (Karya Sabar Anantaguna)

Gerimis Bulan remang malam gerimis Tidurlah sayang lupakan tangis Letakkan kepalamu di dadaku biar kuelus dengan hatiku Letakkan kepercayaan di hatim…

Puisi: Sel Cipinang Belakang (Karya Sabar Anantaguna)

Sel Cipinang Belakang Hari‐hari yang polos merebut tahun‐tahun bagian hidupku Bisakah hati kehilangan warna fikiran jadi hampa kesempitan ruang dan w…
© Sepenuhnya. All rights reserved.