Postingan

Puisi: Padang Tak Terjangkau (Karya D. Zawawi Imron)

Padang Tak Terjangkau Akan datang dari padang Akan pergi dari padang padang di pundak kemarau padang di jantung musim penghujan Ada lagi…

Puisi: Tanah Wajo (Karya D. Zawawi Imron)

Tanah Wajo Buat Pak A. Amiruddin Siapa yang telah menyuarakan jeram dari langit itu? Aroma bulan yang sem…

Puisi: Api Berkobar (Karya HR. Bandaharo)

Api Berkobar untuk Maruli dkk. Salut kepadamu, kawan-kawan, salut! Salut kepadamu semua yang berada Di rumah tahanan, di penjara, di mana saja, Kau y…

Puisi: Telaga Warna (Karya D. Zawawi Imron)

Telaga Warna di balik paduan warna yang dimainkan sanubari terpanggil sukmaku untuk berenang di air telaga tempat orang-orang zaman wayang mencuci mu…

Puisi: Selamat Gagak Hitam (Karya D. Zawawi Imron)

Selamat Gagak Hitam Seutas jalan berbatu mendaki bukit derita ada tubuh terlentang ditinggalkan seseorang yang dengan lidahnya dijilatnya darah yang …

Puisi: Musim Labuh (Karya D. Zawawi Imron)

Musim Labuh Jatuh gerimis musim labuh wahai, manis! Pada wangi tanah siwalan ada bau sendu menikam kutatap sepi paras ladang yang mera…

Puisi: Menyandarkan Diri ke Pilar (Karya D. Zawawi Imron)

Menyandarkan Diri ke Pilar menyandarkan diri ke pilar langit pun menggelegar aku tak paham, mengapa layang-laya…

Puisi: Ayah (Karya D. Zawawi Imron)

Ayah pagi dan angin mengelus mulus hatiku kota Rogojampi tersingkap, merdanta hati ayah sendirian di sana dan terpaksa lantaran di dusun ini kemarau …

Puisi: Selalu Laut (Karya D. Zawawi Imron)

Selalu Laut Mengapa selalu laut yang kusebut dalam nyanyian? Dalam kabut yang gelap kulihat rohku seperti ikan yang berenang tak punya rum…
© Sepenuhnya. All rights reserved.