Puisi: Aku dan Jamal (Karya Sobron Aidit) Aku dan Jamal (catatan 1945) Masa kekanakan, terasing aku di kampung sendiri keluarga dipisah oleh dua bangsa yang beperang sengitnya senjata beradu,…
Puisi: Gairah di Bumi Merah (Karya HR. Bandaharo) Gairah di Bumi Merah untuk Tran Mai di situ rindu menanti ke situ musafir membawa diri; di situ kasih memenuhi hati di situ musafir tak enggan mati. …
Puisi: Nama yang Hanyut (Karya HR. Bandaharo) Nama yang Hanyut Di Pyongyang ada sebuah sungai yang banyak tau tapi diam selalu. Dalam kebisuan mengarus ke laut ini dia kudatangi. Lewat tengahmala…
Puisi: Jakarta Gembira (Karya Sobron Aidit) Jakarta Gembira Andaikata aku dipindahkan dari Jakarta, kotaku sayang jauh terlempar di ujung sesuatu pulau betapa rinduku kelak padamu begitulah ras…
Puisi: Tiada Keasingan (Karya HR. Bandaharo) Tiada Keasingan kepada Jen Po-sen Seorang asing datang dari daerah Seribu Pulau didekapnya dengan hatinya Kanton dilingkup senja Sungai Mutiara seper…
Puisi: Sesudah Panmunjom (Karya HR. Bandaharo) Sesudah Panmunjom untuk major Yoon Gil Sesudah Panmunjom tiada ada yang tak cacat kecuali ideologi; imperialis melempiaskan keganasannya atas benda d…
Puisi: Pengganti Ziarah (Karya Sobron Aidit) Pengganti Ziarah Umak dan ayah dengarkanlah suara hati kami bersama angin--dingin dan hujan menerabas atap zolder di rumah dan aku tenggelam dala…
Puisi: Setia Kawan (Karya Sobron Aidit) Setia Kawan Hasan sudah lama sakit berwajah pucat lesu kering tanda dahaga dan lapar lemahnya tubuh, tapi bukan jiwa jiwa tanpa cacat sedikit tiada p…
Puisi: Pulang dari Pertempuran (Karya Sobron Aidit) Pulang dari Pertempuran Catatan 1946 Tiap orang muda ambil bagian pertempuran berjalan malam dan siang aku kecil badan dilindungi semangat ayahku kem…