Postingan

Puisi: Setia Kawan (Karya Sobron Aidit)

Setia Kawan Hasan sudah lama sakit berwajah pucat lesu kering tanda dahaga dan lapar lemahnya tubuh, tapi bukan jiwa jiwa tanpa cacat sedikit tiada p…

Puisi: Pulang dari Pertempuran (Karya Sobron Aidit)

Pulang dari Pertempuran Catatan 1946 Tiap orang muda ambil bagian pertempuran berjalan malam dan siang aku kecil badan dilindungi semangat ayahku kem…

Puisi: Di Sungai Li (Karya HR. Bandaharo)

Di Sungai Li Alangkah indah Sungai Li yang mengalir tenang di daerah Jangsju, terentang berkelok seperti pitasutera birutua berkedut-kedut dibelai ya…

Puisi: Tahun Bertukar (Karya HR. Bandaharo)

Tahun Bertukar Dalam detik-detik menanti debarjantung terasa di ujungjari Tahun lalu dan mati. Yang baru lahir lagi bawa kehidupan didukung juang dan…

Puisi: Lelaki Korea (Karya HR. Bandaharo)

Lelaki Korea untuk Kim Byong Hyu berdiri di pantai landai kakinya basah disimbur ombak; ombak yang menyimbur di sini mendampar pula di pantai jauh, d…

Puisi: Banjir dan Anak Kecil (Karya Sobron Aidit)

Banjir dan Anak Kecil (catatan di Belitung) (I) Ketika bendungan tanggul besar pecah adalah air ditampung dari sisa kapalkeruk timah yang sudah berta…

Puisi: Hidup (Karya Sobron Aidit)

Hidup Hidup itu bukan tergantung pada apa tapi yang harus ialah: dipetik diri sendiri yang memberinya buah biar pelan bersemai, asal penuh gerak. Lua…

Puisi: Kami Rakyat (Karya Sobron Aidit)

Kami Rakyat Dulu kukira akulah orangnya hidup ini duka dan derita satu-satunya di dunia dan asing begitulah aku sedihnya sendiri. Malam pun hanya men…

Puisi: Tu Tjin Fang (Karya HR. Bandaharo)

Tu Tjin Fang (aktris opera Peking) berjalan melenggang gemelai melangkah berjingkat mengintai berlari menepis, bersilat menangkis; menating baki mele…
© Sepenuhnya. All rights reserved.