Postingan

Puisi: Celana Tidur (Karya Joko Pinurbo)

Celana Tidur Walau punya bermacam-macam celana tidur, ia lebih suka tidur tanpa celana. Supaya celana bi…

Puisi: Diam-Diam Kita pun Menyatu (Karya H.S. Djurtatap)

Diam-Diam Kita pun Menyatu Dalam Keduaan diam-diam kita pun menyatu dalam keduaan ketika nafas kedewasaan menghangati setiap lekuk-lekuk tubuh engkau…

Puisi: Ke Mana (Karya Yudo Herbeno)

Ke Mana di lereng gunung kapur ada bintang jatuh anak-anak riang mengejarnya di malam gerimis ada bulan kecemplung kolam anak-anak menangis merebutny…

Puisi: Veteran (Karya Joko Pinurbo)

Veteran Sehabis merumput di atas kepalaku, selalu ia tanyakan: "Mau dicukur rambut yang lain?" &qu…

Puisi: Jangan Heran, Sayang (Karya Yudo Herbeno)

Jangan Heran, Sayang jangan heran, sayang kalau masih ada penentang rambut gondrong kita harus sabar dan prihatin atas sikap mereka mereka khilap dan…

Puisi: Selimut (Karya Joko Pinurbo)

Selimut Selimut telah dilipat. Dongeng perlu juga tamat. Cepatlah berangkat walau nafasmu masih tersengal tersendat. Musim panas telah …

Puisi: Serdadu (Karya Joko Pinurbo)

Serdadu Ketika kau tidur, ada seorang serdadu duduk-duduk di atas tubuhmu, merokok, main gitar, dan dengan suara sumbang menyanyikan lagu se…

Puisi: Sebelum Kematian Memanggil (Karya Yudo Herbeno)

Sebelum Kematian Memanggil Malam purnama menebarkan bau sangit kelelawar Menyingkap dada: "Di sini berlabuh damparan getah laut!" Luka ini …

Puisi: Mata Kata (Karya Joko Pinurbo)

Mata Kata Mata-kata menyala melihat tetes darah di mata-pena. 2004 Analisis Puisi: Puisi "Mata Kata&…
© Sepenuhnya. All rights reserved.