Postingan

Puisi: Wisky yang Puitis (Karya Beno Siang Pamungkas)

Wisky yang Puitis (: buat Mas Timur SS yang baik & Mas Agus Wasit yang hebat) Seorang penyair, mengirim hu…

Puisi: Angin-Angin Laut Irian (Karya Diah Hadaning)

Angin-Angin Laut Irian Apa kabar lelakiku dari Sentani Yan Yapo, Yan Yapo, kupanggil kau lewat angin-angin…

Puisi: Kota Itu Bernama Jepara (Karya Diah Hadaning)

Kota Itu Bernama Jepara ( 1 ) Masih kurasakan anginnya berdesir di pohon mahoni tua mengabarkan kejadian m…

Puisi: Setitik Harapan (Karya Diah Hadaning)

Setitik Harapan Setitik harapan kusandarkan di celah noda menjadi bajak bijaksana mengolah tanah persawahan tua menjadi lahan subur di sit…

Puisi: Tatkala Cinta Tak Berarti Memiliki (Karya Medy Loekito)

Tatkala Cinta Tak Berarti Memiliki Di bawah bayang-bayang garis cahaya bulan kupintal hasrat-hasrat tanpa harap menyanyi lagu-lagu sumbang s…

Puisi: Wahai (Karya Medy Loekito)

Wahai Denyut sampanku terukir di kaki pantai nestapa sebagai tercipta dari Sang Pencipta sementara tak le…

Puisi: Inginmu (Karya Medy Loekito)

Inginmu Bila batu jadinya inginmu jadilah batu pualam mengabdi tanpa luka. Bila air jadinya inginmu j…

Puisi: Mau (Karya Medy Loekito)

Mau Bayu menderas waktu Waktu mendetak batu Batu mengeras mau. Analisis Puisi: Puisi "Mau…

Puisi: Di Beranda (Karya Medy Loekito)

Di Beranda Duduk di beranda angin mengantar daun gugur senja hari. Sumber: Airmata Tuhan (2009) Analis…
© Sepenuhnya. All rights reserved.