Postingan

Puisi: Tatkala Cinta Tak Berarti Memiliki (Karya Medy Loekito)

Tatkala Cinta Tak Berarti Memiliki Di bawah bayang-bayang garis cahaya bulan kupintal hasrat-hasrat tanpa harap menyanyi lagu-lagu sumbang s…

Puisi: Wahai (Karya Medy Loekito)

Wahai Denyut sampanku terukir di kaki pantai nestapa sebagai tercipta dari Sang Pencipta sementara tak le…

Puisi: Perempuan dan Anak Sang Waktu (Karya Diah Hadaning)

Perempuan dan Anak Sang Waktu Pagi, perempuan menyisir serat kabut setelah doa subuh dirunut menghitung sisa bintang harap sandar perahu…

Puisi: Inginmu (Karya Medy Loekito)

Inginmu Bila batu jadinya inginmu jadilah batu pualam mengabdi tanpa luka. Bila air jadinya inginmu j…

Puisi: Mau (Karya Medy Loekito)

Mau Bayu menderas waktu Waktu mendetak batu Batu mengeras mau. Analisis Puisi: Puisi "Mau…

Puisi: Di Beranda (Karya Medy Loekito)

Di Beranda Duduk di beranda angin mengantar daun gugur senja hari. Sumber: Airmata Tuhan (2009) Analis…

Puisi: Montmarte (Karya Acep Zamzam Noor)

Montmarte ( Buat Agam Wispi ) Sesuatu yang mirip bukit, bertangga-tangga Sesuatu yang mengingatkanku pada pu…

Puisi: Kemerdekaan (Karya Hijaz Yamani)

Kemerdekaan Kepada Proklamator Ketika naskah dibaca Kita pun bangkit dari luka-luka sejarah Bendera berkibar dalam perarakan besar Maka dengan ini ka…

Puisi: Berburu (Karya Harijadi S. Hartowardojo)

Berburu kepada Toto Sudarto Bachtiar Kawan yang menjadi saksi tidak mendapat ruang mulai berteman Kita memburu arti mutlak di batas kota Menyaksikan …
© Sepenuhnya. All rights reserved.