Postingan

Puisi: Sebab Sebagai Angin (Karya Cecep Syamsul Hari)

Sebab Sebagai Angin Jangan pergi. Sebab bagai angin aku selalu bersama arah. Tak ada yang bisa sembunyi dari rindu batinku. J…

Puisi: Syair Kesedihan (Karya Cecep Syamsul Hari)

Syair Kesedihan Kusadari malam itu, matamu kata-kata. Pohon cemara sendiri dalam hujan, mengubah kelopak-kelopak airmata jadi per…

Puisi: Kepada Anakku (Karya Nersalya Renata)

Kepada Anakku aku mencintaimu jauh sebelum namamu kutemukan telah kupilihkan ayah terbaik untukmu ayah yang membuat matamu berbinar se…

Puisi: Airmataku Lilin (Karya Acep Zamzam Noor)

Airmataku Lilin Airmataku lilin Setelah khusyuk berdoa Lebur menjadi puisi. Ingin melintasi gurun Atau me…

Puisi: Keran (Karya Nersalya Renata)

Keran tak perlu kau perbaiki keran itu biarkan ibu terus menunggu air menetes sambil menjahit tubuhnya dengan garis-garis jelu…

Puisi: Nabi Nuh (Karya Mohammad Diponegoro)

Nabi Nuh (Puitisasi terjemahan al-Qur’an  Surat An-Nuh: Ayat 1-28) Sungguh, telah Kami suruh Nabi Nuh kepada kaumnya dengan pesan: "Berilah kaum…

Puisi: Utang (Karya Joko Pinurbo)

Utang Orang miskin itu memberanikan diri bertamu ke sahabatnya yang dulu miskin tapi sekarang kaya raya. Tak…

Puisi: Nyanyian Tanah Ibu (Karya Wiji Thukul)

Nyanyian Tanah Ibu Siapa yang menggetarkan suaraku yang menggetarkan udara Getaran menyalakan pita mulutku mulutku bicara …

Puisi: Penagih Utang (Karya Joko Pinurbo)

Penagih Utang Penagih utang itu datang tengah malam. Ia duduk dengan sopan, kedua tangan ditangkupkan, baju…
© Sepenuhnya. All rights reserved.