Postingan

Puisi: Membangun Rumah (Karya Ari Pahala Hutabarat)

Membangun Rumah di tubuhmu aku melihat rumah-rumah yang runtuh. jendelanya koyak-patah. pintunya hilang, ubin pecah, cat terkelupas, dan sumur keront…

Puisi: Jangan Aku Disuruh Diam (Karya Rachmat Djoko Pradopo)

Jangan Aku Disuruh Diam barangkali jalan aspal bakal jadi alas kaparan tubuhku dan darah yang menggenang air suci penghabisan kan hilang dari pandang…

Puisi: Sepupu (Karya Ari Pahala Hutabarat)

Sepupu kunjungi aku sekali waktu. kita sudah lama kenal. telah banyak kau potret pantai dan muslihat yang dibuat raksasa untuk menjeb…

Puisi: Kenapa (Karya A.A. Navis)

Kenapa Tidakkah tuan dengar segala rintih keluh kesah suara serak oleh tangis sepanjang waktu? Tidakkah tuan lihat bangkai hidup tinggal kulit pembal…

Puisi: Terlepas (Karya A.A. Navis)

Terlepas Kalau dunia mulai dirasa hampa sinar mentari tidak lagi berwaktu tiba siang, malam, pagi dan petang tiada lagi yang dapat dirancang. Terkapa…

Puisi: Jangan Harap (Karya A.A. Navis)

Jangan Harap Semanis mulut bicara kalau bukti tiada jangan harap orang akan percaya. sebaik baik budi kalau suka melanggar janji jangan harap orang a…

Puisi: Tiga Lembar Kartu Pos (Karya Sapardi Djoko Damono)

Lembar Kartu Pos (1) soalnya kau tak pernah tegas menjelaskan keadaanmu, tak pernah tegas mengakui bahwa harus meny…

Puisi: Aku Ingin (Karya Sapardi Djoko Damono)

Aku Ingin aku ingin mencintaimu dengan sederhana; dengan kata yang tak sempat diucapkan  kayu kepada api yang menjadikannya abu. aku ing…

Puisi: Terkenang Kekasih (Karya A. Damhoeri)

Terkenang Kekasih Neng, kudengar lonceng berbunyi, Di tengah malam ketika sunyi; Dalam angkasa bunyi bergentar, Beta mendengar sayu gemetar. Mendengu…
© Sepenuhnya. All rights reserved.