Puisi: Mengunjungi Ambon (Karya M. Aan Mansyur) Mengunjungi Ambon Langit di atap teluk berwarna layar televisi yang sudah lama menolak aliran listrik. Sedih dan menarik. Kucatat empat hal lain untu…
Puisi: Kebun (Karya Ari Pahala Hutabarat) Kebun lugu. kau mencari akar buahmu. kau mencari hulu sungaimu kau mencari jantung patungmu. kau mencari lubuk lautmu. lugu mengapa pula ka…
Puisi: Menjadi Kemacetan (Karya M. Aan Mansyur) Menjadi Kemacetan Kita lelah dan mesin-mesin ini tidak tahu bergerak. Kauingin aku jadi sesuatu yang ringan dan pandai terbang. Aku lebih suka andai …
Puisi: Surga (Karya Ari Pahala Hutabarat) Surga Kucari api di lorong rusukku. Mengapa salju dan wasangka yang tergesa membuka baju. Inikah rumah? 2010 Analisis Puisi: Puis…
Puisi: Kotamu (Karya Ari Pahala Hutabarat) Kotamu Kotamu adalah bulan Agustus yang menggigil diterpa hujan dan aku adalah asmara yang selalu gagal membasuh mulutnya sendiri—b…
Puisi: Malam Natal (Karya Ari Pahala Hutabarat) Malam Natal - ompung doli seperti mendung, yang tiba-tiba turun ke meja terang ke gegas orang-orang yang mencari teduh dan …
Puisi: Mengingat Pesan Ibu (Karya M. Aan Mansyur) Mengingat Pesan Ibu Setelah sampai di perhatian terakhir sajak ini, kau ingat pesan ibumu. Seluruh yang kau miliki bukan yang kau mau. Seluruh yang k…
Puisi: Mata (Karya Ari Pahala Hutabarat) Mata : sidi di bening bayang mata bayiku kulihat wajah seperti subuh yang malu-malu menghapus lukanya sendiri dengan pagi …
Puisi: Menelepon Kau (Karya M. Aan Mansyur) Menelepon Kau Apakah kau ada di sana? Apakah kau ada? Apakah kau? Di pusat malam, dari dalam diriku Seorang peragu bertanya-tanya. Apakah cuaca kuran…