Postingan

Puisi: Kotamu (Karya Ari Pahala Hutabarat)

Kotamu Kotamu adalah bulan Agustus yang menggigil diterpa hujan dan aku adalah asmara yang selalu gagal membasuh mulutnya sendiri—b…

Puisi: Malam Natal (Karya Ari Pahala Hutabarat)

Malam Natal - ompung doli seperti mendung, yang tiba-tiba turun ke meja terang ke gegas orang-orang yang mencari teduh dan …

Puisi: Mengingat Pesan Ibu (Karya M. Aan Mansyur)

Mengingat Pesan Ibu Setelah sampai di perhatian terakhir sajak ini, kau ingat pesan ibumu. Seluruh yang kau miliki bukan yang kau mau. Seluruh yang k…

Puisi: Mata (Karya Ari Pahala Hutabarat)

Mata : sidi di bening bayang mata bayiku kulihat wajah seperti subuh yang malu-malu menghapus lukanya sendiri dengan pagi …

Puisi: Menelepon Kau (Karya M. Aan Mansyur)

Menelepon Kau Apakah kau ada di sana? Apakah kau ada? Apakah kau? Di pusat malam, dari dalam diriku Seorang peragu bertanya-tanya. Apakah cuaca kuran…

Puisi: Jendela Perpustakaan (Karya M. Aan Mansyur)

Jendela Perpustakaan Langit menyentuh buku-buku pada sore hari ketika para pengunjung diminta berhenti membaca. Seorang petugas akan menutupnya dan t…

Puisi: Surat (Karya Ari Pahala Hutabarat)

Surat asmara adalah kabut yang semakin lama semakin memudar hingga bayangan wajahmu semakin sukar kugambar 2010 Analisis Pu…

Puisi: Dalam Mimpi (Karya Ari Pahala Hutabarat)

Dalam Mimpi Dalam mimpi, apa pun bisa terjadi Nuh tidak karam di atas bukit dan Ismail berlari dari puncak Moria karena itu jika tadi ma…

Puisi: Fitnah Kekasih (Karya Ari Pahala Hutabarat)

Fitnah Kekasih Katamu—namaku adalah lambat langkah jam yang mengetuk-ngetuk gerbang kota saat Sang Kekasih datang  dan mengalirka…
© Sepenuhnya. All rights reserved.