Postingan

Puisi: Silhuet (Karya Taufiq Ismail)

Silhuet Gerimis telah menangis Di atas bumi yang lelah Angin jalanan yang panjang Tak ada rumah. Kita tak berumah Kita hanya bayang-bayan…

Puisi: Selamat Tinggal Pantai Padang (Karya Darman Moenir)

Selamat Tinggal Pantai Padang (Intuisi buat: Darhana Bakar) selamat tinggal pantai Padang setelah kuhitung pasirmu duka dalam bayang diriku selamat t…

Puisi: Adikku Bertanya tentang Laut (Karya Darman Moenir)

Adikku Bertanya tentang Laut adikku bermain di pantai dan lantas menanyakan, "kak, kenapa ada ombak?" "kak, kenapa ada angin?" da…

Puisi: Baguio (Karya Darman Moenir)

Baguio di puncak yang dingin itu angin purba menebar kabar tentang sejarah yang bisu tentang munggu yang pasar tapi aku terkenang lawang malam di kam…

Puisi: Gerimis (Karya Abdul Hadi WM)

Gerimis (1) Seribu gerimis menuliskan kemarau di kaca jendela Basah langit yang sampai melepaskan senja Bersa…

Puisi: Lelaki Bermata Satu (Karya Wa Ode Wulan Ratna)

Lelaki Bermata Satu Di mana gerangan kau Penyebab rontoknya bunga-bunga di mataku? Yang berlari memunggungiku Setelah usai mencuri …

Puisi: Bangkok (Karya Darman Moenir)

Bangkok di bangkok ada seorang junwun ujna dalam petang tak merokok tetapi riang palun sapa bernasib malang menyayat daging-duka 'tuk tujuh bersa…

Puisi: Aku, Kau dan Cermin (Karya Kurniawan Junaedhie)

Aku, Kau dan Cermin Tubuhmu terbuat dari tubuh ikan Licin.  Dari sisik-sisik terbaik. Matamu terbuat dari…

Puisi: Kuhadang Matahari (Karya Darman Moenir)

Kuhadang Matahari kuhadang matahari karena hari seperti ini juga lihatlah bayang-bayang kita yang kian paniang seperti menghapus jejak yang tak ada k…
© Sepenuhnya. All rights reserved.