Postingan

Puisi: Tanpa Suara (Karya Rini Intama)

Tanpa Suara Kerontang jiwa, kerontang raga tatap kosong melompong menggadai rindu tak bergejolak tertikam …

Puisi: Sabar (Karya Rini Intama)

Sabar Sabar adalah ketika mengulir kata di tepian batu memipih bulir embun di gelombang kelopak mawar Sabar adalah ketika meremang malam ya…

Puisi: Amara (Karya Rini Intama)

Amara (: Episode cinta yang lengkap) Amara datang, lalu katanya aku masih menulis puisi-pusi cinta Semuanya te…

Puisi: Hutanku (Karya Rini Intama)

Hutanku Pongah menebang asa yang membelah senyap gemerisik daun kering terinjak kaki perkasa burung-burung terbang menghilang cahaya langit…

Puisi: Surat untuk Di (Karya Rini Intama)

Surat untuk Di Dalam gerimis kita menghitung cermin sepanjang jalan Ada perbincangan dalam ruang tak berbatas …

Puisi: Di Sebuah Surau (Karya Rini Intama)

Di Sebuah Surau Ada suara patau menangis bersimpuh seperti mengigau Melantun ayat-ayat indah bersama suara ang…

Puisi: Dermaga (Karya Rini Intama)

Dermaga Tak seorang pun tahu mengapa laki-laki itu datang dan duduk di dermaga; datang tepat di tengah bulan…

Puisi: Pelarian Malam (Karya Ulfatin Ch.)

Pelarian Malam Malam terus menanjak rasa kantuk yang kutahan menjadi pelana dalam pelarian Tak ada sungai atau danau pembasuh muka semua sumur terasa…

Puisi: Tanah Kita (Karya Rini Intama)

Tanah Kita Kita sudah mulai menua, sama tua dengan tanah kita berjenjang waktu Kidungku menggelombang rind…
© Sepenuhnya. All rights reserved.