Postingan

Puisi: Betapa Kami Tidakkan Suka (Karya Sanusi Pane)

Betapa Kami Tidakkan Suka Betapa sari Tidakkan kembang, Melihat terang Si mata hari. Betapa kami Ti…

Puisi: Surat Kabar (Karya Joko Pinurbo)

Surat Kabar Ayah saya seorang loper koran yang sama gigihnya dengan wartawan. Deadline nasibnya lebih keras…

Puisi: Jala-Jala yang Tergantung (Karya Diah Hadaning)

Jala-Jala yang Tergantung Kampung nelayan masih mengirim bau laut di antara kesiur anginnya semilir rendah di…

Puisi: Tuhan dan Ayahku (Karya Nersalya Renata)

Tuhan dan Ayahku satu tuhan tak pernah cukup bagi ayahku. ia selalu mencari tuhan-tuhan lain. tuhan yang bisa mengabulkan permohona…

Puisi: Anak-Anak Kota Kelahiran (Karya Diah Hadaning)

Anak-Anak Kota Kelahiran Laut menagih ombaknya lama kau simpan ikut langkah pengembaraan, musim ke musim …

Puisi: Setitik Keringat (Karya Diah Hadaning)

Setitik Keringat Setitik keringat tetes dari sendi umurku mengusung garam yang selama ini telah bikin kehid…

Puisi: Lelaki Mabuk dan Rembulan (Karya Diah Hadaning)

Lelaki Mabuk dan Rembulan (1) Berapa laut telah kau teguk tak juga sirna dahaga berapa selat kau hisap hari…

Puisi: Senja di Pantai Bojo' (Karya D. Zawawi Imron)

Senja di Pantai Bojo' Langit menggeliat tiba-tiba Ketika azan diayunkan pohon-pohon kelapa perahu yang be…

Puisi: Kamar yang Terbuat dari Laut (Karya Afrizal Malna)

Kamar yang Terbuat dari Laut Masa kanak-kanakmu terbuat dari sebuah pulau, Ram, di Tomia, Buton. Setiap malam, di antara suara batukku, demam ya…
© Sepenuhnya. All rights reserved.