Postingan

Puisi: Tak Cukup Sedetik Waktu (Karya Dianing Widya Yudhistira)

Tak Cukup Sedetik Waktu Tak cukup sedetik waktu menguraikan keindahanmu meski terkadang bikin nyaliku buntu terpuruk di antara sisa-sisa perang Teram…

Puisi: Interlude Lazuardi (Karya Bambang J. Prasetya)

Interlude Lazuardi Jika angin yang berhenti usaplah wajahmu! Pada langit kamar dan dingin merapat di matamu Desah kerinduanmu meninggalkan pecahan ka…

Puisi: Suara dari Kamar Mandi (Karya Juniarso Ridwan)

Suara dari Kamar Mandi air pun menjadi jarum-jarum berbunga menelan tubuh pualam sangat dahaga keharuman rindu segera menyergap jiwa: dan kita masing…

Puisi: Jalan Lengang (Karya Juniarso Ridwan)

Jalan Lengang sepeda-sepeda tua berkarat,     di sepanjang jalan memucat, hanya lengang mengalir di ujung jalan menanjak,         ada pelataran sebua…

Puisi: Jemari dan Cuaca (Karya Pudwianto Arisanto)

Jemari dan Cuaca gerak laju segala badai kuhisap, meniupnya menara laut dan sungai-sungai pedalaman, lenyap hati, gurun, akar; kerontang. menguap luk…

Puisi: Menghirup Hawa Binatang (Karya Juniarso Ridwan)

Menghirup Hawa Binatang tubuh-tubuh legam, aura malam, kepalan tangan erat menyimpan sunyi, urat-urat seperti rel menuju kepundan, dan gelegar guntur…

Puisi: Berlari Mengendus Cakrawala (Karya Pudwianto Arisanto)

Berlari Mengendus Cakrawala tangisku bergolak, tusuk empedu langit poros sungai itu, tanda riwayat berakhir larut dalam tawa dan jumpa irama doa lepa…

Puisi: Biografi Cahaya (Karya Dianing Widya Yudhistira)

Biografi Cahaya Degup jantungku - kawan dapatkah kau rasakan? Bila senja akan berganti warna belati itu menikamku ribuan kali Ribuan mil cahaya juga …

Puisi: Baruku Berlabuh (Karya Pudwianto Arisanto)

Baruku Berlabuh ilalang memuja matahari siram-silamku dan nyanyikan ilir-ilir dengan ritme disko tapi, satu baitnya tertanam bibir kaca mengapur lote…
© Sepenuhnya. All rights reserved.