Postingan

Puisi: Penabuh (Karya F. Aziz Manna)

Penabuh kau tampar kulit kendang seperti menampar kulit kami, kau tabuh kendang seperti menyentek hidup kami, kau buat penari itu berji…

Puisi: Kau Bilang, Katamu (Karya F. Aziz Manna)

Kau Bilang, Katamu (1) kau bilang tak ada lagi puisi, kau bilang kata telah dikekang, dijerat dianyam jadi barang kerajinan, kau bil…

Puisi: Playon (Karya F. Aziz Manna)

Playon garis awal, garis pintu, satu kaki di depan, saut kaki di belakang, kepala lurus, angin bersidorong. yang lalu lintaslah, yang l…

Puisi: Malam (Karya F. Aziz Manna)

Malam bibir bibir bunga rumput merunduk menghadap cahaya rukuk bibir bibir bunga rumput mengatup Surabaya, 2002 Puisi:…

Puisi: Sebagai Aku yang Gigil Sendiri (Karya Nanang Suryadi)

Sebagai Aku yang Gigil Sendiri Sebagai aku yang gigil sendiri, tak memahami, cinta dan benci setipis kulit ari O beri aku puisi ma…

Puisi: Kita Berayun (Karya Nanang Suryadi)

Kita Berayun kita terpana pada yang fana, dan tergila pada yang sementara, karena hidup hanya sebentar kita ingin selalu saja sege…

Puisi: Gedung-Gedung yang Menjalar di Kotamu (Karya Nanang Suryadi)

Gedung-Gedung yang Menjalar di Kotamu gedung-gedung yang menjalar menjulang di kotamu menyimpan rahasia kanak-kanak yang tak usai me…

Puisi: Pintu (Karya F. Aziz Manna)

Pintu memandang dari balik pintu ada yang tiba-tiba berdegup di balik lipatan-lipatan itu memandangmu dari balik pintu ada yang…

Puisi: Di Saat Senja (Karya Nanang Suryadi)

Di Saat Senja sekeping senja yang kau pungut dari langit warna jingga, sekeping senja yang memantul-mantul di dalam bola mata, cah…
© Sepenuhnya. All rights reserved.