Puisi: XXII (Karya Wayan Jengki Sunarta) Puisi XXII telah kau masuki jalan hayatku jalan mawar yang selalu menawarkan wangi bagi taman taman puisi pada matamu purn…
Puisi: Malin (Karya Gus tf) Malin suara itu: Gergaji mengerat kayu. Dalam diriku, meteran dan siku-siku. Suara itu, daging meminta palu. Dalam diriku, Malin …
Puisi: Stasiun Tunggu Simpang Haru (Karya Alizar Tanjung) Stasiun Tunggu Simpang Haru "siapa yang kau tunggu se sore ini," katamu, rambutmu harum kenanga, semampai ke tumit, kere…
Puisi: Daging Akar (Karya Gus tf) Daging Akar akhirnya, siapa kausebut kini: Si serat dingin ataukah daging yang terjanji? Seperti takdir, sosoknya rebah membuntut…
Puisi: Kayu Api di Garis Tangan (Karya Alizar Tanjung) Kayu Api di Garis Tangan Bah, aku si penghuni rumah: di halaman rumah ini kau carah kayu, kau pasang mata baji, marete itu memukul…
Puisi: Pada Parasmu (Karya Wayan Jengki Sunarta) Pada Parasmu pada parasmu rahasia duka menjelma pagi putih apalah jarak antara kita seperti pijakan waktu yang ragu …
Puisi: Tidur Tanah (Karya Esha Tegar Putra) Tidur Tanah semalaman kuurai cara pucuk daun tersumbul untukmu. lewat puisi yang gemetar berucap aksara. kelak, di sesak kamar yan…
Puisi: Tomat Orang Hilir (Karya Alizar Tanjung) Tomat Orang Hilir di hilir tomatornag besar-besar, pemiliknya etek, pak etek, mamak. orang pupuk bersama tahi sapi, tahi ayam, sepuluh karun…
Puisi: Arkeolog (Karya Gus tf) Arkeolog masa lalu, engkau menggali — dalam diri, mimpi tersembunyi. Mimpi? Kautahan gumpal, gaung bawah sadar. Ia pilih: jalan me…