Postingan

Puisi: Untuk Apa Menulis Puisi (Karya Maskirbi)

Untuk Apa Menulis Puisi Terkadang kita terperangkap oleh ketidakbenaran lalu mengawini ketidakjujuran kes…

Puisi: Alue Naga (Karya Mustafa Ismail)

Alue Naga Di jembatan Lamnyong kulihat matahari sudah condong ke barat kau masih saja berpura-pura. Bermain d…

Puisi: Jika Kita Diam Saja

Jika Kita Diam Saja Berniat dan mampu Berkeinginan dan mau bekerja Harus bekerja! Kita harus mengikat s…

Puisi: Lilin-Lilin dalam Diri (Karya D. Kemalawati)

Lilin-Lilin dalam Diri Tak bergegas menjadi lilin biarkan malam tanpa lentera desah dalam senyap sayap-say…

Puisi: Yang Tergenggam dan Yang Hilang (Karya Maskirbi)

Yang Tergenggam dan Yang Hilang Telah lepas berbagai kata Menyapa matahari Telah bermanik kata Menatap cakra…

Puisi: Anting di Antara Rahang Kau dan Aku (Karya D. Kemalawati)

Anting di Antara Rahang Kau dan Aku Kau dan aku sepasang anting di antara rahang terlanjur meruang (ruan…

Puisi: Cahaya, Masuklah ke Dalam Sajakku (Karya D. Kemalawati)

Cahaya, Masuklah ke Dalam Sajakku Aku tak ingin kegelapan merendah matahari biar sajaknya menjelma cahaya me…

Puisi: Ketika Kau Ucapkan Ungu untuk Warna Puisimu (Karya D. Kemalawati)

Ketika Kau Ucapkan Ungu untuk Warna Puisimu (70 tahun Kemala) Kupikir ketika kau ucap ungu dalam diagfragma ke…

Puisi: Sekhidmat Lilin (Karya Toto ST Radik)

Sekhidmat Lilin Sekhidmat lilin berdekapan dengan maut begitu dekat betapa karib sumbu yang menyala bagi semesta menjemput ruh dari t…
© Sepenuhnya. All rights reserved.