Puisi: The Wild West (Karya Beni Setia) The Wild West Koruptor jalan berjingkat dari rumah. Lari - sembunyi persis. Setiap hari mengendap dalam s…
Puisi: Lembang, Hotel Panorama (Karya Beni Setia) Lembang, Hotel Panorama Telepon di sisi pembaringan melengkung karena menunggu, tak seperti ranjang dan kasu…
Puisi: Mengapa Tak Ada yang Tersisa? (Karya Beni Setia) Mengapa Tak Ada yang Tersisa? Kawat telepon. Hubungan gaib antara kita. Sebaris angka dan selepas ‘apocalyp…
Puisi: Pasar Soreang (Karya Beni Setia) Pasar Soreang (1) Mereka turun dari perbukitan di sekitar Ketika embun sedang dibentuk Sambil membawa obor s…
Puisi: Mengapa Hanya Malaikat (Karya Beni Setia) Mengapa Hanya Malaikat Satu dua antara belantara (rambut putih kehilangan hitam), satu dua kelokan lengang…
Puisi: Pengenalan Diri (Karya Beni Setia) Pengenalan Diri Kita dijaga oleh syaraf. Tulang-tulang dibungkus kulit yang berlapis daging tempat ribuan …
Puisi: Bima (Karya Beni Setia) Bima Hari kamis: aku menyelam ke dasar samudra. Mencari awal yang membangkitkan alun, ombak dan badai la…
Puisi: Lagu Siul (Karya Beni Setia) Lagu Siul Bila tidak bersiul barangkali kami sudah lama mati. Kaku. Karena anak terus makan minta ja…
Puisi: Out of Physics (Karya Beni Setia) Out of Physics Karena yang tampak itu yang menampakkan diri dan yang menangkap tampakan; karena yang terde…
Puisi: Dongeng Sebelum Sarapan (Karya Beni Setia) Dongeng Sebelum Sarapan Suatu pagi aku semakin mengerti: Kenapa lelaki tua itu sekuat tenaga memampatkan u…
Puisi: Memorabilia (Karya Beni Setia) Memorabilia (1) : Perlahan-lahan, pada kertas merang, yang nanti pelan-pelan dipilin: waktu nyelipkan bubuk mesiu. sulur panjang memanjang d…
Puisi: Sembilan Lirik Kasmaran (Karya Beni Setia) Lirik Kasmaran (1) Terpancang pada perahu. Sang layar berkebar-kebar dan geladak mengengadah menenggak awan. di…
Puisi: Haiku Penghujan (Karya Beni Setia) Haiku Penghujan (1) Semilir. Embun dini menitik dari rimbunan bambu. Haiku Penghujan (2) Setapak ta…