Sepenuhnya

Jogja (mengenang tragedi 27 Mei 2006) Di pagi yang belum sempurna Jogja datang kepadaku dengan tubuh penuh …

Senjakala senjakala merebahi kota Yogya angin yang lewat tidak mengusik kehidupan berlenggang-kangkung dalam senandung kaset sepanjang toko…

Bulaksumur Sebuah Catatan Oktober Menyalami pagimu dalam semarak jingga, Yogya kutemukan merjan-merjan pernah berserakan manakala angin dan hu…

Lagu daripada Pasukan Terakhir Pada tapal terakhir sampai ke Jogja bimbang telah datang pada nyala langit t…

Yogyakarta Api yang terpendam kini tengah membakar tumpah darah Merah-api hutan belantara dan laut demi laut Mengucap suara yang tergenggam su…

Dinding-Dinding Kota Yogya (1)      bukan sanak bukan sahaya      bila mati aku, ikut berduka kau menuding aku, aku menuding kau kau dan aku menjadi …

Sawojajar 5, Yogya Memasuki pintu halamannya kujumpai pohon-pohon yang kabur kerna malam sudah turun. Rumahnya bagai kotak …

Di Jalanan Yogya Aku melihat rembulan, separuh dan samar. Ia menatapku tapi aku tak berani terus menatapnya. Karena di bulan ada raksasa sed…

Jogja, Kembali Pulang ( : teringat sosok Si Mbok ) Pulang kampung orang-orang berselimut sarung langit me…

Yogyakarta masih dapat kutangkap kunang-kunang bergantungan di tiang-tiang kehidupan, ketika kau berbagai kantuk dengan pelacur pasar kembang, sebelu…

Jalan Sagan 9, Yogya Ketika kebetulan lalu aku mampir ke kamar kita yang dulu. Sekarang belum lagi disewa Kamar kita berdua Den…

Gerimis Panjang Malam Tua Sepanjang Jalan-Jalan Yogya Gerimis panjang malam tua sepanjang jalan-jalan Yogya segalanya hanya basah menyeret k…