Puisi Raudal Tanjung Banua

Puisi: Ayah dan Burung-Burung (Karya Raudal Tanjung Banua)

Ayah dan Burung-Burung Aku terbayang ayah yang melangkah di pematang sawah kenangan. Sesekali langkahnya tertegu…

Puisi: Di Boulevard, UGM (Karya Raudal Tanjung Banua)

Di Boulevard, UGM Berdiri di sini di sisi Pinus Merkusi tua kita menjelma nafas hidupnya; pucuk menusuk langit tinggi akar tetap tegak di…

Puisi: Barus (Karya Raudal Tanjung Banua)

Barus (1) Tak ada jalan lurus ke Barus para pengelana telah lama menembus kabut mencari celah jalan ke beka…

Puisi: Bersama Anak (Karya Raudal Tanjung Banua)

Bersama Anak (- Tahya) Kebosanan merangkak di dalam rumah seperti seorang bocah. Ia tak tahu karena bisa m…

Puisi: Matahari Pertama (Karya Raudal Tanjung Banua)

Matahari Pertama Tidak setiap kesalahan adalah dosa bukan pula kekalahan Bila pintu terbuka dan matahari bersinar kami memandang tanpa cu…

Puisi: Ibu di Sepanjang Puisiku (Karya Raudal Tanjung Banua)

Ibu di Sepanjang Puisiku Ibu adalah ruh dalam diriku. Di malam penuh ilham, malam kemilau bintang-bintang ib…

Puisi: Minahasa (Karya Raudal Tanjung Banua)

Minahasa Ekor kolintang menyayat mata mayat di bintang. Tomohon-Yogya,  2009-2011 Analisis Puisi : Puisi "Minahasa" karya Raudal Tan…

Puisi: Romansa (Karya Raudal Tanjung Banua)

Romansa Ladangku di sebalik bukit dan putih kabut Tempat urat-urat ungu merambat hening Di ubun dan kening ibuku Mulut lumut dingin terka…

Puisi: Di Tepian Batur (Karya Raudal Tanjung Banua)

Di Tepian Batur Di tepian Batur memandang kelam berlari menjaring cahaya ikan-ikan membawa impian sisik yang tak berkilau ke dasar dana…

Puisi: Di Pelabuhan Karangantu, Suatu Waktu (Karya Raudal Tanjung Banua)

Di Pelabuhan Karangantu, Suatu Waktu Banyak pelabuhan  telah aku datangi Tapi tak ada yang sesedih ini Muar ayang sempit dan gemetar Beting…

Puisi: Teka-Teki Riau (Karya Raudal Tanjung Banua)

Teka-Teki Riau ( - sebuah variasi teka-teki rakyat ) Berpayung bukannya raja bersisik bukannya ikan dulu k…

Puisi: Embun (Karya Raudal Tanjung Banua)

Embun Wahai kelopak mawar yang tawar Wahai daun pisang yang terberai Wahai daun talas yang timpas Beri aku embun pengusir haus gurun! …

Puisi: Seorang Lapar (Karya Raudal Tanjung Banua)

Seorang Lapar Seorang lapar meminta nafas kepada batu-batu dan cadas Kaukah yang menutup mata saat fajar tel…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.