Puisi Rahman Arge

Puisi: Kupu-Kupu (Karya Rahman Arge)

Kupu-Kupu Senja menuntunku ke puncak bukit Seekor kupu-kupu hinggap di bunga bakung Sama-sama kami mencari jalan Menuju kaki langit Nikko, 1981 Sumbe…

Puisi: Semakin Memberi Semakin Penuh (Karya Rahman Arge)

Semakin Memberi Semakin Penuh Kenangan kepada Ibu di masa susah Jepang Ketika kesengsaraan bagai semut hitam beriringan di malam kelam, memasuki gubu…

Puisi: Sukabumi (Karya Rahman Arge)

Sukabumi Jika anda digoda mati Karena tak suka pada bumi Datanglah ke Sukabumi Konon untuk menimbun sunyi 1972 Sumber: Horison  (Mei, 1974) Analisis …

Puisi: Hidup Tai! (Karya Rahman Arge)

Hidup Tai! Membayangkan diriku ada dalam periuk         ketika dalam gempa waktu, pengarang Kurt Vonnegut menuliskan kata: "Hidup adalah seperiu…

Puisi: Pertama Kali Jatuh Cinta (Karya Rahman Arge)

Pertama Kali Jatuh Cinta Aku jatuh cinta pertama kali Pada gadis seusia embun yang bergetar di dahan-dahan pagi Kijang keperakan dari tuah tanah Luwu…

Puisi: Kita Tak Pernah Berhenti Pergi (Karya Rahman Arge)

Kita Tak Pernah Berhenti Pergi Selangkah, dua langkah, tiga, lalu tujuh Aku menoleh ke bubungan rumahku Ada angin, mengusap Hatiku susut Akankah aku …

Puisi: Bawakaraeng (Karya Rahman Arge)

Bawakaraeng Telah kusapa malam sejak senja Menelan matahari rindumu Serumpun camar kebaikan Menyapu gelombang menjadi sayap-sayap keperakan Dan kita …

Puisi: Nyanyian Anak Gunung (Karya Rahman Arge)

Nyanyian Anak Gunung Dari pucuk Lebong anak bukit Malino Senja mengapung Dapat kulihat punggung-punggung bangau Terbang pulang dari sawah-sawah Lihat…

Puisi: Ibukota (Karya Rahman Arge)

Ibukota Jakarta, ibukota, ibu yang kembali terluka Jalan-jalan berasap, toko-toko terbakar baru saja sebuah orde berlalu tapi adakah yang berlalu? na…

Puisi: Stasiun Bis Cibadak (Karya Rahman Arge)

Stasiun Bis Cibadak penunjuk jalan masuk lepas kita di pintu sana singkat sekali pertemuan ini. perlukah kita ke sana hutan-hutan Afrika menjinakkan …

Puisi: Ayam Aduan (Karya Rahman Arge)

Ayam Aduan Jam duabelas lewat lima Tengah malam. Ayam aduaaku berkokok dalam kandang. Mengusik sepi yang menghadangku di pintu tidur. Jam delapan pag…

Puisi: Telunjuk-Telunjuk yang Menuding-nuding (Karya Rahman Arge)

Telunjuk-Telunjuk yang Menuding-nuding Bergemalah suatu suara         : Ada sesuatu yang baru dalam ruangan ini           Adakah kalian tahu dari man…

Puisi: Kepada Hadirin Sekalian (Karya Rahman Arge)

Kepada Hadirin Sekalian semakin engkau mencari aku semakin orang lain engkau temukan semakin orang lain engkau semakin aku engkau rindukan Makassar, …

Puisi: Inakke (Karya Rahman Arge)

Inakke Kutunggu apalagi "Tenamo Takammana" (yang mau jadi, jadilah) Bikin jalan sendiri Dan tempuh! Jika laut bertaring, menganga "Pas…

Puisi: Pelukis di Cicurut (Karya Rahman Arge)

Pelukis di Cicurut tangan pelukis Itu mencat awan sekarat dua ekor bangau melintas di atas ubunku warna-warna pas meleleh tembus ke sini dan tangan I…

Puisi: Ssst! (Karya Rahman Arge)

Ssst! Kita berbisik Kita diperbisikkan Ssst! Kita tertembak Jakarta, 1972 Sumber: Horison  (Mei, 1974) Puisi:  Ssst! Karya: Rahman Arge Biodata Rahma…

Puisi: Ulat Bosnia (Karya Rahman Arge)

Ulat Bosnia Seorang gadis kecil muncul di antara mayat kembang anyelir liar diulurkannya kepada seorang tentara PBB Ketika mata mereka bertemu angin …

Puisi: Kakek Omerovoc (Karya Rahman Arge)

Kakek Omerovoc Di bawah langit bertabur pijar api Pak tua Omerovoc dari Donya Roiska membasuh letih batinnya di sungai Drina Menggigil lengan-lengann…

Puisi: Wanita-Wanita Berkimono (Karya Rahman Arge)

Wanita-Wanita Berkimono Lewat di jalan setapak batu-batu padas yang basah Wanita-wanita berkimono di bawah payung Bagai menari bersama hujan Nara, 19…

Puisi: Danau Chuzenji (Karya Rahman Arge)

Danau Chuzenji Gunung-gunung mengepung rapat danau Chuzenji Siapakah yang meletakkannya di sini?         Perahu membawaku ke seberang         Dan kur…
© Sepenuhnya. All rights reserved.