Puisi Radhar Panca Dahana

Puisi: Pernah Dustaku Pernah (Karya Radhar Panca Dahana)

Pernah Dustaku Pernah Satu kali akan pernah Kau bersumpah menguyah sampah Saat dulu berserak lalu berlimpah Dalam botol hatimu pecah Kini ia lahar ia…

Puisi: Perjalanan (Karya Radhar Panca Dahana)

Perjalanan inilah arti banyak dari satu kata laknat: saat. inilah halte kehidupan, konstanta peradaban, partikel sebuah perjalanan; semua tumbuh send…

Puisi: Pembunuhan Kopi di Pagi Hari (Karya Radhar Panca Dahana)

Pembunuhan Kopi di Pagi Hari andaikata kuregang badan sekujur waktu, tetap saja tak kutemukan kau di situ. sejak lama sudah, kecewa ini kupelihara, s…

Puisi: Catatan Kaki Sehabis Demonstrasi (Karya Radhar Panca Dahana)

Catatan Kaki Sehabis Demonstrasi aku melihat diam tak seorang saja tapi satu bangsa kulihat batu padahal manusia menunggu waktu padahal sia sia di in…

Puisi: Sajakku, Cinta (Karya Radhar Panca Dahana)

Sajakku, Cinta : rianti jika sungai ini cairan waktu cinta kanyut di dalamnya, hanya, lebih panjang jarak alirnya lebih luar batas tepinya lebih dera…

Puisi: Sejilid Komik Kritik-Politik (Karya Radhar Panca Dahana)

Sejilid Komik Kritik-Politik tapi ia sudah jadi sinema di bioskop dan dividi rumahtangga hiburan murah tampaknya mewah negeri indah di tumpukan sampa…

Puisi: Politik Itu Hutan, Anakku (Karya Radhar Panca Dahana)

Politik Itu Hutan, Anakku cahaya, bila pagi benar kau mendatanginya, ingatlah: setapak yang kau temukan tak senantiasa penunjuk jalan mungkin ia menu…

Puisi: Demonkrasi Pagi Ini (Karya Radhar Panca Dahana)

Demonkrasi Pagi Ini belum lewat jam enam pagi. 2.100 kaki memadati garasi seri E, alphard, camry, dan satu pintu lamborghini, sejak subuh pergi berga…

Puisi: Dari Lapitan Kususu Lautan (Karya Radhar Panca Dahana)

Dari Lapitan Kususu Lautan dengan perahu bercadik tunggal anak sukubangsa lapitan menggampar badai mengepit lautan 5.000 tahun sebelum akukau ada dal…

Puisi: Warisan Akhirmu, Sukarno (Karya Radhar Panca Dahana)

Warisan Akhirmu, Sukarno soetardjo boleh bicara kalimatku berkabut dusta prinsipku mentah di data soetardjo telah bicara tapi dengar aku, saudarasaud…

Puisi: Lelucon Abu-Abu (Karya Radhar Panca Dahana)

Lelucon Abu-Abu terdengar diketuk itu pintu tak juga kubuka, walau kutahu di luar, Kau sabar menunggu. 1985 Sumber:  Lalu Waktu (1994) Analisis Puisi…

Puisi: Pulang (Karya Radhar Panca Dahana)

Pulang hujan sedari tadi belum berhenti kenapa merpati terbang sendiri kuyup basah tidak perduli sudah berapa pagi, tak mau juga ia menepi. apa yang …

Puisi: Di Toilet Istana (Karya Radhar Panca Dahana)

Di Toilet Istana bahkan kertas tisu harga sebulan susu anakku. pukul empat sepuluh sore dendang lagu membentak tembok tua lampu kristal menggerutu, s…
© Sepenuhnya. All rights reserved.