Puisi Nezar Patria

Puisi: Di Musim Pemilu (Karya Nezar Patria)

Di Musim Pemilu Di musim pemilu ada pesan hujan yang tak terlihat: pada perahu kertas telah dilipat suara-suara palsu tak perlu kornea baru cobalah r…

Puisi: Malin Kundang (Karya Nezar Patria)

Malin Kundang Bahkan saat dikutuk menjadi kepompong batu, engkau kalahkan suntuk panjang itu dengan menggambar kembali dirimu. Titik demi titik, lalu…

Puisi: Di Bioskop Bersama Palasik (Karya Nezar Patria)

Di Bioskop Bersama Palasik Dalam gelap itu kau masih terpekur di ubun-ubun para penganggur di leher para pencuri Lalu di dada setengah matang para pe…

Puisi: Biokimia Rindu (Karya Nezar Patria)

Biokimia Rindu (1) Berapa lama kita harus memohon kepada karbon agar pohon-pohon menghidupkan kembali kenangan yang terbakar musim tak tepat waktu (2…

Puisi: Di sebuah Bilik (Karya Nezar Patria)

Di sebuah Bilik - untuk wiji thukul Di bilik ini waktu tak berlari pagi datang tanpa cahaya dan jemari lupa pada angka Berapa lama harus pergi? Yang…

Puisi: Di Suriah (Karya Nezar Patria)

Di Suriah Di Suriah, ia melihat langit menganga pada leher lelaki itu. Ada mata pisau. Terpejam menunggu sebuah sayatan rindu. Atau mungkin dendam. I…

Puisi: Cinta dalam Setengah Blues (Karya Nezar Patria)

Cinta dalam Setengah Blues Cinta, katamu, adalah tangga nada dan kau pun mulai menyusun not buta Kudengar piano itu berdenting, garing. Ada suara sak…

Puisi: Menghadiri Pengajian Rumi (Karya Nezar Patria)

Menghadiri Pengajian Rumi Alif. Pada Alif aku belajar segala awal menuju Ya. Dia muncul suka-suka dari balik kitab, lalu mengabarkan sebelum ada caha…

Puisi: Sesudah Tsunami (Karya Nezar Patria)

Sesudah Tsunami Dengarlah, anak. Ada pintu-pintu terlepas, seperti helai kertas origami. Bangau-bangau terlihat rapi di tanah yang memar, laut menjad…

Puisi: Ritus Empat Dua (Karya Nezar Patria)

Ritus Empat Dua Namun tak selalu senja tiba, dan langit jadi muram Kembang bakau sehitam arang. Atau angin menjadi labil. Langit oranye. Perahu-perah…

Puisi: Ziarah Kawah (Karya Nezar Patria)

Ziarah Kawah Lubang besar itu adalah cincin yang terlepas dari jemariku dan kamu. Masih terasa getar bibir kawah itu. Mengeja legam bongkahan rindu, …

Puisi: Bermain Monopoli (Karya Nezar Patria)

Bermain Monopoli Lemparlah dadu itu dan grafik merangkak cemas antara kehilanganmu dan hasrat yang bengkak Dibenam kertas saham lihat betapa gairah i…

Puisi: Di Video Game (Karya Nezar Patria)

Di Video Game Akan tentukan siapa pecundang dari kelebat seribu watak palsu, para penjahat, atau pahlawan baru. Pada konsol ada tombol ragu: pembajak…

Puisi: Pelajaran Geografi (Karya Nezar Patria)

Pelajaran Geografi Sebelum memalingkan wajah Kita memutar bola bumi Mencari peta kenangan di sekolah Belajar mengukur kebahagiaan remaja Yang terkeju…

Puisi: Di Bentangan Gurun (Karya Nezar Patria)

Di Bentangan Gurun Yang rebah di bentangan gurun sebutir debu pongah Yang tersuruk di selokan keraguan tubuh yang menyerah Kucari Kau di ratap kaum h…

Puisi: Di Sebuah Pagi (Karya Nezar Patria)

Di Sebuah Pagi Ilalang kering di tungku itu mendamba letikan api, ia menunggu, Seperti malam menunggu matahari datang dengan gunting rumput, lalu mem…
© Sepenuhnya. All rights reserved.