Puisi: Sungai Siak (Karya Isbedy Stiawan ZS) Sungai Siak KITA bergambar di bawah kaki hujan dalam riuh anak terlantar yang telanjang menceburkan diri ke sungai yang cokelat AK…
Puisi: Tak Ada Kabar Pagi Ini (Karya Isbedy Stiawan ZS) Tak Ada Kabar Pagi Ini tak ada kabar pagi ini selain cerita kematian kemarin dan kemarin lagi enam burung lepas terbang menuju langit, dan kelak akan…
Puisi: Pengembara (Karya Isbedy Stiawan ZS) Pengembara ia tersenyum. katanya kemudian, biarkan aku dilumat oleh petang demi petang. dalam pengembaraan yang diwarnai cinta, apa yang tak i…
Puisi: Tragedi (Karya Isbedy Stiawan ZS) Tragedi aku mencium bau busa dari mulutmu. kepada perempuanmu di rumah sudah kupesan: suara lelaki secepat gerakan angin. siapa mampu membaca gerakny…
Puisi: Saatnya Aku Mengerti (Karya Isbedy Stiawan ZS) Saatnya Aku Mengerti (buat ibuku Ratminah) sisakan garam dari tubuhmu, ibu. sudah bermalam-malam kukeringkan air laut menajamkan pisau…
Puisi: Menunggu Kereta Tiba (Karya Isbedy Stiawan ZS) Menunggu Kereta Tiba aku masih menunggu kereta tiba di peron yang gemuruh sinyal belum juga dibuka rel terasa beku, menggigilkan tubuhku …
Puisi: Beri Aku Cinta (Karya Isbedy Stiawan ZS) Beri Aku Cinta beri aku cinta akan kujadikan pedang untuk mengasihimu walau di ruang ini kau ganas sekali mencabik tubuhku dengan sa…
Puisi: Hujan dan Kenangan-Kenangan (Karya Isbedy Stiawan ZS) Hujan dan Kenangan-Kenangan (1) setiap hujan datang aku selalu terkenang tentangmu saat kau berlari ke bawah pohon, dan gigil tubuhmu hing…
Puisi: Sesabit Bulan (Karya Isbedy Stiawan ZS) Sesabit Bulan sesabit bulan lesat ke rimbun bambu tiang-tiang bagan bagi perangkap ikan rumah nelayan melayar ke pantai-pantai …
Puisi: Perempuan dalam Hujan (Karya Isbedy Stiawan ZS) Perempuan dalam Hujan Perempuan itu menyudahi teduh dari gerimis pagi ini. matahari terlalu jauh jaraknya dari sini. jalan tetap be…
Puisi: Sebuah Musik (Karya Isbedy Stiawan ZS) Sebuah Musik sebuah musik bagai gemuruh jutaan pedang mencari liang dekat selangkang tapi, tiada luka meski terbuka lubang menun…
Puisi: Kau Tahu, Perempuanku, Aku Mencintaimu (Karya Isbedy Stiawan ZS) Kau Tahu, Perempuanku, Aku Mencintaimu Sebab Aku tak Ingin Lagi Jadi Piatu aku jadi piatu ingin kembali ke rahim agar dilahirkan ibu …
Puisi: Engkau dan Aku (Karya Isbedy Stiawan ZS) Engkau dan Aku (1) (: Rindu Ibu) Engkaukah yang menungguku atau aku yang mesti memburumu dan merengkuh setiap katamu? Engkau dan …
Puisi: Aku Berlayar (Karya Isbedy Stiawan ZS) Aku Berlayar aku berlayar bersama matahari ke dalam sajadahku. inilah perjalananku yang sunyi setelah bertahun-tahun matahari meng…