Puisi Husain Landitjing

Puisi: Malino dalam Senja (Karya Husain Landitjing)

Malino dalam Senja dentang hidup sayup bergema lewat hari-hari dalam senja sementara kota dingin ini menonjol di lintasan kabut putih saling bergulat…

Puisi: Penjara (Karya Husain Landitjing)

Penjara dalam kamar bulan Agustus diriku terbanting jemu oleh malaria dan sakit hati jarum detik, menusuk gerak menambah asing dunia luar dan rindu p…

Puisi: Pelayaran (Karya Husain Landitjing)

Pelayaran ketika senja tiba, sebuah perahu kecil menempuh keluasan laut malam hari angin nanar menggila di seputaran melibatkan diri yang tak putusny…

Puisi: Nyanyian Lapar (Karya Husain Landitjing)

Nyanyian Lapar betapa dinginnya hidup dalam sunyi betapa dinginnya malam hari angin nanar mengacau rambut pikirannya yang kotor dan pada malam-malam …

Puisi: Belerang Biru (Karya Husain Landitjing)

Belerang Biru (1) ia sangat rindu untuk sampai lekas ke rumahnya lantaran janji serta suatu kehendak besar betapapun beratnya mengatasi akan sebuah m…

Puisi: Jangan Palingkan Mukamu dari Api Itu, Adikku (Karya Husain Landitjing)

Jangan Palingkan Mukamu dari Api Itu, Adikku jangan palingkan mukamu dari api itu, adikku kapan sengsara melibatkan dirimu ke dalam justru apa yang m…

Puisi: Pentas (Karya Husain Landitjing)

Pentas dengan berat dia pun akan maklum sendiri makna setiap kejadian. Setiap suara yang riuh dalam kelam malam dalam usia ketika bangkit dan memecah…

Puisi: Jendela (Karya Husain Landitjing)

Jendela sementara jendela terbuka langit pagi memutih angin bergegas merendah ketika laut lincah dari jauh mempesona riang perahu mengikut gerak gelo…

Puisi: Gempa Bumi Majene (Karya Husain Landitjing)

Gempa Bumi Majene ada lagikah makna peringatan besar yang lain di luar bencana di luar segala ini, di sini? tidakkah arah kejadian semacam ini, Tuha…

Puisi: Seorang Anak Kecil Lagi Menangis (Karya Husain Landitjing)

Seorang Anak Kecil Lagi Menangis seorang anak kecil lagi menangis ketika pada letusan peluru pertama kabut tebal jelaga: — getir kalung dukacita tela…

Puisi: Teluk Bone (Karya Husain Landitjing)

Teluk Bone pangkal malam langit menutup keras matanya badai gila menghantu pintu gerbang neraka dan angin melibatkan laut kapal dan hatiku dan dalam …

Puisi: Doa Malam Seorang Abdi (Karya Husain Landitjing)

Doa Malam Seorang Abdi apa akan terdengarkah lagi pada malam begini bisik sanubari yang berlumur resah? Tuhanku, limpahkan nikmat-Mu abadi atas ketid…

Puisi: Doa dalam Tahanan (Karya Husain Landitjing)

Doa dalam Tahanan kita sekarang memang tahanan yang sedang gelisah menanti saat-saat terbaik melepas diri dari jaring kerajaan sepi sudah sekian lama…

Puisi: Pelabuhan (Karya Husain Landitjing)

Pelabuhan mengapa tinggal tubuh kapal yang membatu di sini, sementara — kuli kuli berdaki bergerak bersama laut riuh disibuki sejuta kerja serta pana…

Puisi: Anak Malam (Karya Husain Landitjing)

Anak Malam malam yang bergetah menampung kehitaman resah, ketika pintu tertutup rapat; — seperti pada seribu malam yang dulu juga koyak moyak dengan …
© Sepenuhnya. All rights reserved.