Puisi Bambang Widiatmoko

Puisi: Perempuan Hikayat (Karya Bambang Widiatmoko)

Perempuan Hikayat (1) Dari Kaitetu ke Morella seolah berjalan di atas api Keringat menetes membasahi kegelisahan sendiri Bahkan buah pala pun…

Puisi: Negeri Gagap (Karya Bambang Widiatmoko)

Negeri Gagap Aku pernah belajar menghemat kata-kata Sedikit bicara banyak bekerja Tapi engkau malah mengajariku Agar menambah ka…

Puisi: Goa Leang-Leang (Karya Bambang Widiatmoko)

Goa Leang-Leang Langkah kaki membawaku ke sini Tertatih-tatih berjalan mendaki Merayap dari batu ke batu Memasuki goa dengan ras…

Puisi: Bendera (Karya Bambang Widiatmoko)

Bendera : Alm. Ari Setya Ardhi Mengapa kita begitu kecil Dan terpencil Dalam luasnya semesta Dan hanya berbekal kata-kata Setelah la…

Puisi: Museum Sangiran (Karya Bambang Widiatmoko)

Museum Sangiran Di museum Sangiran Mengingatkan pada manusia purba Sangiran beralih jadi daratan Melepaskan diri dari pergerak…

Puisi: Lembah Harau (Karya Bambang Widiatmoko)

Lembah Harau Seperti tokoh dalam cerpen Iwan Simatupang Aku duduk di bangku panjang Tapi tak tahu siapa yang kutunggu datang B…

Puisi: Mengenang Hamzah Fansuri (Karya Bambang Widiatmoko)

Mengenang Hamzah Fansuri Seolah membaca jatidiri di tengah rasa sepi Mengenang penyair sufi Melayu Hamzah Fansuri Mencoba menangka…

Puisi: Kota Tanpa Bunga (Karya Bambang Widiatmoko)

Kota Tanpa Bunga : Wan Anwar Ketemu kota tanpa bunga Apalagi kata-kata, telah dipatuk burung gereja Hanya deretan pohon asam t…

Puisi: Bendera Sepenuh Tiang (Karya Bambang Widiatmoko)

Bendera Sepenuh Tiang Setelah kenyang dengan akulturasi Sejak masuknya Hindu, Budha, Islam, dan modernisasi Mesti pertikaian ju…

Puisi: Amsal Layang-layang (Karya Bambang Widiatmoko)

Amsal Layang-layang Kita telah diajar untuk bermain layang-layang Tapi angin berhembus terlalu kencang Menyobek angan-angan da…

Puisi: Stasiun Payakumbuh (Karya Bambang Widiatmoko)

Stasiun Payakumbuh Stasiun pun kini telah mati Menghembuskan nafasnya – ketika rel Diangkat dari jalan panjang yang sunyi Jan…

Puisi: Ranjang Pengantin (Karya Bambang Widiatmoko)

Ranjang Pengantin Adakah ranjang pengantin berwarna coklat memenuhi kamar, bercampur buku-buku hikayat yang tak sempat dicatat …

Puisi: Dalang Sukarlana (Karya Bambang Widiatmoko)

Dalang Sukarlana (1) Di rumahmu di ujung gang buntu Engkau selalu setia menunggu Mungkin ada tamu mengetuk pintu Dan angin pu…

Puisi: Anak Bajoe (Karya Bambang Widiatmoko)

Anak Bajoe Di atas titian papan yang bergetar Kumasuki rumah tak berpintu tak berpagar Anak-anak Bajoe berlompatan di sela-sela…

Puisi: Watansoppeng (Karya Bambang Widiatmoko)

Watansoppeng Kota ini tak pernah berhenti memahami Jalanan yang kini tak lagi sepi Menghidupkan tradisi menjaga jati diri Sep…

Puisi: Kuatrin Kota Padang (Karya Bambang Widiatmoko)

Kuatrin Kota Padang (1) Di kaki gunung Padang Aku ingin mendekap rembulan Membungkusnya dengan seluruh jiwa Untuk kado da…

Puisi: Dorolonda (Karya Bambang Widiatmoko)

Dorolonda Di tengah lautan luas tak bertepi Hanya ada harapan – di geladak kapal Dorolonda Waktu terasa amat panjang Sejauh m…

Puisi: Pengantin Jagung (Karya Bambang Widiatmoko)

Pengantin Jagung Antara jagung bakar dan kematian Alangkah dekat pertautannya Asap wangi yang menyebar ke udara Kurasakan sep…

Puisi: Saluang (Karya Bambang Widiatmoko)

Saluang Anak dendang melantunkan tembang Dengan iringan musik saluang Angin berhenti meniup Di trotoar sudut pasar yang redup…

Puisi: Candi Mendut (Karya Bambang Widiatmoko)

Candi Mendut Selepas meninggalkan candi Mendut Hujan turun dan langit berkabut Daun bodhi gugur – melekat di pagar Yang memis…
© Sepenuhnya. All rights reserved.