Puisi Ari Pahala Hutabarat

Puisi: Cermin (Karya Ari Pahala Hutabarat)

Cermin dari hari ke hari kau makin tak kukenali wajahmu berubah ada lubang yang menganga di sana yang menjadi pintu bagi pecahan…

Puisi: Tuhan (Karya Ari Pahala Hutabarat)

Tuhan Tuhan berkata, "Dulu Aku menciptakan Adam hanya mempergunakan satu suku kata: Kun! Tapi kemudian, ia dan anak-anaknya be…

Puisi: Tangan Hasrat (Karya Ari Pahala Hutabarat)

Tangan Hasrat Kuhasratkan tanganmu, yang adalah tangan hujan yang sejak kecil kulihat memungut daun-daun alpukat  di halaman depan …

Puisi: Nuh (Karya Ari Pahala Hutabarat)

Nuh Ada yang aneh dari mimpiku semalam—hujan akan menghujam kota tujuh hari tujuh malam. Pesta akan tenggelam. Dan rumah-rumah, ladang,…

Puisi: Surat Kesebelas (Karya Ari Pahala Hutabarat)

Surat Kesebelas belum genap sebulan kukumpulkan penghujan belum genap sebulan kuposkan kemarau bergambar jembatan kayu yang p…

Puisi: Teluh (Karya Ari Pahala Hutabarat)

Teluh siapa yang tahu usia detak jam usia alir sungai usia gerimis ambai usia hambar percintaan siapa yang tahu mungkin kau tahu k…

Puisi: Peramal (Karya Ari Pahala Hutabarat)

Peramal : hudan noer Ada sungai, awan merah, dan saudagar yang ziarah di pasar tua. Ada retak batu kecubung, asmara renta serta rejeki y…

Puisi: Ibrahim (Karya Ari Pahala Hutabarat)

Ibrahim Di puncak Moria ini, aku kembali akan menebas kepala berhala, seperti dahulu aku menebas kepala berhala bikinan bapakku. Maafk…

Puisi: Wu Wei (Karya Ari Pahala Hutabarat)

Wu Wei Kutunggu dan kau tak menjemputku Padahal sudah kusiapkan; Segelas teh pisang goring, dan Sore remang yang kemarau Bers…

Puisi: Ziarah (Karya Ari Pahala Hutabarat)

Ziarah :guru sekumpul ke taman mawar dan langit lapis tujuh kumpulkan aku denganmu, penghulu di bandar ini aku bertamu usai us…

Puisi: Kebun (Karya Ari Pahala Hutabarat)

Kebun lugu. kau mencari akar buahmu. kau mencari hulu sungaimu kau mencari jantung patungmu. kau mencari lubuk lautmu. lugu mengapa pula ka…

Puisi: Surga (Karya Ari Pahala Hutabarat)

Surga Kucari api di lorong rusukku. Mengapa salju dan wasangka yang tergesa membuka baju. Inikah rumah? 2010 Analisis Puisi: Puis…

Puisi: Kotamu (Karya Ari Pahala Hutabarat)

Kotamu Kotamu adalah bulan Agustus yang menggigil diterpa hujan dan aku adalah asmara yang selalu gagal membasuh mulutnya sendiri—b…

Puisi: Malam Natal (Karya Ari Pahala Hutabarat)

Malam Natal - ompung doli seperti mendung, yang tiba-tiba turun ke meja terang ke gegas orang-orang yang mencari teduh dan …
© Sepenuhnya. All rights reserved.