Puisi Ali Akbar Navis

Puisi: Bila Kabut Berserakan (Karya A.A. Navis)

Bila Kabut Berserakan Akhirnya berserakan juga kabut yang menyungkup yang bertumpuk tertahan di ujung gunung berserakkan dihembus angin balau itu. Da…

Puisi: Dengan Rebab (Karya A.A. Navis)

Dengan Rebab (kepada seniman pura-pura) Dalam gegap gempita hari pasar kau gesek tali tegar rebabmu mendayu menusuk segala pikuk kau jelajah sampai y…

Puisi: Isi dan Kulit (Karya A.A. Navis)

Isi dan Kulit Terpandang kulit pisang di atas batu siang malam berdingin-berpanas menghitam rupa dimakan waktu tak dipandang insan yang melintas. Mar…

Puisi: Tanda Zaman (Karya A.A. Navis)

Tanda Zaman Sejak manusia berkarib dengan setan banyak duka berpulas suka jujur dan tulus dikutuk edan adab jadi lambang bencana. Maka anak jadi sain…

Puisi: Bersatu Bukan Bersama (Karya A.A. Navis)

Bersatu Bukan Bersama Dia dan aku atau aku, dia dan kamu sama saja. Kita ini sama punya mulut untuk bicara suka sama enak sendiri sama saja. Beda ant…

Puisi: Aku (Karya A.A. Navis)

Aku Tiada aku umpat oleh malangku memandang ke atas jaya 'rang lain bagai bulan terang bercahaya. Tiada aku ria oleh mujurku memandang ke bawah d…

Puisi: Kenapa (Karya A.A. Navis)

Kenapa Tidakkah tuan dengar segala rintih keluh kesah suara serak oleh tangis sepanjang waktu? Tidakkah tuan lihat bangkai hidup tinggal kulit pembal…

Puisi: Ketemu Gus Dur (Karya A.A. Navis)

Ketemu Gus Dur Baru saja aku dipindahkan dari brankar ke ranjang di ruang gawat darurat RS Harapan Kita Jakarta Presiden tiba sambil mengacungkan sal…

Puisi: Ibu (Karya A.A. Navis)

Ibu Buat Ibu yang meninggal 2 Agustus 1952 Aku tahu, Ibu selagi kau telentang tak bergerak karena sakitmu lapar karena patah seleramu sakit dadamu se…

Puisi: Kisah dalam Cerita Perjalanan (Karya A.A. Navis)

Kisah dalam Cerita Perjalanan Jika terdengar keluh penyerahannya menjalani — antara noktah langkah pertama sampai ke ujung gunung harapan — aku rasa,…

Puisi: Sandiwara Kampungku (Karya A.A. Navis)

Sandiwara Kampungku (Kepada anggota DPR Sumatera Tengah) Setelah lampu ruangan padam layar dan tirai pun terbuka musik pengiring nyaring bergema gega…

Puisi: Air Kendi (Karya A.A. Navis)

Air Kendi Biar biarlah pecah biarlah pecah ini kendi dan airnya tumpah ruah melapuk lantai. Kendi pusaka biarlah lebur isi – air – yang ditimba di la…

Puisi: Air (Karya A.A. Navis)

Air Meliuk meliku air mengalir di celah batu membawa hanyut tenang bukan diam di lubuk dalam terus mengalir menuju laut. Bila bertemu dengan hadangan…

Puisi: Perjalanan (Karya A.A. Navis)

Perjalanan Pada jalan raya berlumpur di balantara ujung dunia perjalanan ini bagai di terungku tak bisa lalu. Maka khayal berkisah seram bertalu deng…

Puisi: Terlepas (Karya A.A. Navis)

Terlepas Kalau dunia mulai dirasa hampa sinar mentari tidak lagi berwaktu tiba siang, malam, pagi dan petang tiada lagi yang dapat dirancang. Terkapa…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.