Puisi Acep Syahril

Puisi: Guru yang Selamat dari Perang (Karya Acep Syahril)

Guru yang Selamat dari Perang Kamu sendiri tidak tau bentuk dahimu guru, dahi yang pernah kau tawarkan pada kami yang kemarin dipermainkan a…

Puisi: Setelah Perjumpaan Ini (Karya Acep Syahril)

Setelah Perjumpaan Ini (Bersama: Wiji Thukul & Sosiawan Leak ) Setelah perjumpaan ini aku tak tau seberapa lama lagi kau bisa mencium a…

Puisi: Surat Cinta dari Sangkakala (Karya Acep Syahril)

Surat Cinta dari Sangkakala Ya Allah... telah kami terima Surat Cinta-Mu tertanggal hari ini yang dikirim peniup seruling sejati di anta…

Puisi: Sajak Bebas (Karya Acep Syahril)

Sajak Bebas Sajak ini sejak lama telah kehilangan nilai puitika estetika dan sublimatika sebab dengan nilai-nilai keindahan dan keh…

Puisi: Melamar Widya (Karya Acep Syahril)

Melamar Widya Disaksikan Beno Siang Pamungkas Wid pukul 7.30 pagi ini aku datang melamarmu jangan tukar pakaianmu yang lembab itu …

Puisi: Suksesi (Karya Acep Syahril)

Suksesi Jangan ngomong kalau tadi kau pilih partai lain demi menghindari calon wakil rakyat atau pemimpin yang tak berpihak pada rakyat jang…

Puisi: Gurunya Digergaji Waktu (Karya Acep Syahril)

Gurunya Digergaji Waktu Gurunya yang satu ini adalah pencari buku bekas dia hidup di setiap  pulau yang mengajarkannya cara merawa…

Puisi: Guru yang Selalu Menyimpan Palu (Karya Acep Syahril)

Guru yang Selalu Menyimpan Palu semua orang tau guru kami bukan seorang tukang kayu meski setiap saat hidupnya tak lepas dari palu…

Puisi: Belajarlah dari Urat dan Jantung Gurumu yang Pecah itu (Karya Acep Syahril)

Belajarlah dari Urat dan Jantung Gurumu yang Pecah itu Kau harus selalu belajar dari guru-gurumu yang setia ini agar kesetiaanmu b…

Puisi: Guru yang Tak Punya Malu (Karya Acep Syahril)

Guru yang Tak Punya Malu Bertahun-tahun mereka belajar dari kalian guru yang selalu membuat banyak kesalahan dan kelalaian guru ya…

Puisi: Rugi (Karya Acep Syahril)

Rugi Raidah pergi ke sungai ke darat menjemur pakaian ke keramaian ke rumah belum juga pulang Waska pergi ke huma ke surau mem…

Puisi: Guru yang Tak Mengerti Bumbu Dapur (Karya Acep Syahril)

Guru yang Tak Mengerti Bumbu Dapur guru kami ada karena dibutuhkan negara karena negara menginginkan rasa aman lalu guru kami bela…

Puisi: Tambah Satu (Karya Acep Syahril)

Tambah Satu  Syukurlah kawan usiamu tambah satu sehingga kita masih bisa bercengkrama di kontrakan ini bercerita tentang banyak hal …

Puisi: Koruptor + Tai (Karya Acep Syahril)

Koruptor + Tai Di atas kloset tanpa mengetuk pintu dia masuk ke dalam dirinya seseorang sejak tadi menunggu untuk bercakap-cakap di sebuah…
© Sepenuhnya. All rights reserved.