Puisi: Bapak (Karya Abdul Wahid Situmeang) Bapak Bapak jadi hewan tapi hewan bukan bapak hewan kasih pada anak Aku ratapi kemalangan bapak bilang: Diam! aku tak ma…
Puisi: Maut (Karya Abdul Wahid Situmeang) Maut (maut bisa datang ke sini saat ini atau dia memang sudah di sini datang menjemput membawaku pergi) Bahwa kau akan datang aku tak pernah ragu tap…
Puisi: Senjata (Karya Abdul Wahid Situmeang) Senjata Keringat mengucur darah memancur dari dada pahlawan yang gugur panji perjuangan pantang mundur merebut tampuk hati serta menggeng…
Puisi: Demonstran (Karya Abdul Wahid Situmeang) Demonstran Melengking ringkik kuda lepas kendali suara yang telah lama hilang suara saksi yang tak diperlukan kesaksiannya suara yang dirin…
Puisi: Tantangan (Karya Abdul Wahid Situmeang) Tantangan Siapa lagi mau angkat bicara tentang kejayaan dan kemegahan bangsa di atas ini bumi luka parah bumi yang sabar dan r…
Puisi: Kepada Pemimpin (Karya Abdul Wahid Situmeang) Kepada Pemimpin Masukilah lorong di mana udara pengap daerah mereka yang tersisih kesepian dalam keramaian kota dihidupi mimpi demi mimpi …
Puisi: Tanah Air (Karya Abdul Wahid Situmeang) Tanah Air Hendak ke mana kita ini semua bagai kelompok lembu piara digiring seorang gembala ke rumah potong atau ke lapangan …
Puisi: Kaki (Karya Abdul Wahid Situmeang) Kaki Langkah kaki berderap teratur diiringi irama musik dan tambur adalah suara parade kebangsaan pada ulang tahun hari kemer…
Puisi: Berlibur di Pantai (Karya Abdul Wahid Situmeang) Berlibur di Pantai Pagi cerah usai musim hujan lelaki dalam sisa usia berlibur di pantai wisata Di pasir putih di bawah cemara ia menghampar Tersenyu…
Puisi: Sajak (Karya Abdul Wahid Situmeang) Sajak Tentu bukan kemalasan sebab ini kemelaratan karena kita bangsa yang rajin foya-foya menghamburkan uang Pun pasti bukan ketololan sebab ini kebo…