Puisi Abdul Latiff Mohidin

Puisi: Waktu Telah Memanggil Kau Pulang (Karya Abdul Latiff Mohidin)

Waktu Telah Memanggil Kau Pulang (belasungkawa buat seorang penyair) waktu telah memanggil kau pulang dan angin pun menggoyangkan tingkap kolam gemen…

Puisi: Digulungnya Senja (Karya Abdul Latiff Mohidin)

Digulungnya Senja dan hari pun lebur dalam ruang tanpa tiang bagai kaca berkecaian dalam kabus menembus langit bagai tembaga berhancuran dibentangnya…

Puisi: Seolah Matamu (Karya Abdul Latiff Mohidin)

Seolah Matamu matamu merenung ke dalam kamar kami yang gelap meninggalkan kesan abadi kemerlapan bintang remukan bulan di mulut cangkir kami pun jadi…

Puisi: Gerimis Tumbuh (Karya Abdul Latiff Mohidin)

Gerimis Tumbuh pada dinihari gerimis tumbuh dari langit ke bawah menjunjung benih basah dan meletakkannya di tengah-tengah halaman rumah kami esok ha…

Puisi: Keheningan Menghirup Perlahan (Karya Abdul Latiff Mohidin)

Keheningan Menghirup Perlahan keheningan menghirup perlahan pasir-pasir halus antara kerikil menghirup kabus menghirup angin di sepanjang jalan pesis…

Puisi: Sebuah Bas Berwarna Biru (Karya Abdul Latiff Mohidin)

Sebuah Bas Berwarna Biru sebuah bas berwarna biru tanpa nombor dan pemandu merangkak antara kenderaan-kenderaan penuh darah kalau ia berhenti di depa…

Puisi: Kau Tidak Akan Mengerti (Karya Abdul Latiff Mohidin)

Kau Tidak Akan Mengerti kau tidak akan mengerti subuh yang meninggi di antara kaki-kaki kerbau dingin dan kerdil air sawah yang hitam berkilat di mat…

Puisi: Sungai Tua (Karya Abdul Latiff Mohidin)

Sungai Tua di saat kesepian menikam-nikam dada berkisarlah sungai tua dari desa ke desa penghuninya telah lama membuang wajah ke kota juga kupu-kupu …

Puisi: Sungai Mekong (Karya Abdul Latiff Mohidin)

Sungai Mekong (1) Sungai Mekong, kupilih namamu kerna aku begitu sepi kau kubenamkan dadaku ke dasarmu kaki kananku ke bulan kaki kiriku ke matari ka…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.