Puisi: Seperti Pohon Tua (Karya A. Muttaqin) Seperti Pohon Tua Seperti pohon tua, tinggi dan tua, kau diam dalam sunyi, sendiri menunduk ke bumi, seperti nabi, atau sufi, atau or…
Puisi: Lonceng Merpati (Karya A. Muttaqin) Lonceng Merpati Setipis alismu, bulan tersenyum padaku, melepas dua merpati yang kini bersarang di bukit jauh, di mana rindu adalah sun…
Puisi: Hari Penghabisan Letnan Dan (Karya A. Muttaqin) Hari Penghabisan Letnan Dan Di pondok pelacuran itu ia isap cerutu buntu. Di pondok pelacuran itu ia sesap candu keluh. Di …
Puisi: Raminthen (Karya A. Muttaqin) Raminthen Kelak kau akan menangis mengingat ambin licin di hotel kecil di kota sultan tengil ketika padaku kau dongengkan r…
Puisi: Dolano (Karya A. Muttaqin) Dolano –untuk Abban A Dawann Kuntul kayu, bawa aku ke bumi lain. di bumi ini, burung-burung begitu berat. Tak bisa menerbangkan aku…
Puisi: Mengayak Dedak (Karya A. Muttaqin) Mengayak Dedak Telah kujaga rindumu, supaya kau tetap tampak baka, tampak bahagia. Musim telah berubah. Bunga berganti buah, dan aku t…
Puisi: Pandangan Elang (Karya A. Muttaqin) Pandangan Elang Bangsatlah para serigala yang mengajar perang kepada kabilah-kabilah satwa di hutan sana. Bangsatlah celeng-celeng yang me…
Puisi: Nasi Goreng untuk Abban (Karya A. Muttaqin) Nasi Goreng untuk Abban Minyak dan telur adalah saudara seiman. Mereka saling memandang dengan cinta yang cepat matang, tak gampang i…
Puisi: Menghormati Bunga Bangkai (Karya A. Muttaqin) Menghormati Bunga Bangkai Dengan bau tubuh dan sisa birahimu, kembali kaupikat aku. Batangmu berlendir, daunmu bergigir, dan kelopakmu …
Puisi: Burung Hantu (Karya A. Muttaqin) Burung Hantu Aku melihatmu terbang, melayang, tanpa beban. Sayap dan bulu bukan bagianmu tapi kelebatmu lebih ringkih dari buih…
Puisi: Kubu (Karya A. Muttaqin) Kubu ( 1 ) Kau kaku seperti kayu. Kau langgar syariah airku. Hingga airku lupa yang rendah dan mengalir ke daunmu. Ke pucuk mimpimu. …
Puisi: Keroncong Kosong (Karya A. Muttaqin) Keroncong Kosong Wati, inilah peti mati yang kubawa dari mimpi ke kota. Di dalamnya, aku menyimpan kemarau, hujan, dan sebentuk m…
Puisi: Moto Seorang Santri (Karya A. Muttaqin) Moto Seorang Santri Saat Bertandang ke Warung Kopi Kopi adalah kopiah yang debunya menyala menyigi malam dan mimpi. Rokok adalah ru…
Puisi: Genosida Bebek (Karya A. Muttaqin) Genosida Bebek Selembar bulu yang dihembus angin dan hinggap di matamu itu adalah kabar kematian kami yang tak tersiar arus sungai. …