Puisi: Perihal Uang dan Ketamakan (karya A. Munandar) Uang dan Ketamakan Saat uang menjadi lidah Ketamakan menjadi telinga Tidak ada yang perlu diperbincangkan: Kita sedang menunggu kehancuran.…
Puisi: Bila Hujan (Karya A. Munandar) Bila Hujan Bila hujan tak sempat menawar pilu izinkan aku menitip duka padamu. Bawalah ke ujung timur sebab rindu bermuara da…
Puisi: Keluarga Terhormat, Jaenudin Nachiro (Karya Arief Munandar) Keluarga Terhormat, Jaenudin Nachiro (Bismillahirrohmanirrohim. Assalamualaikum warohmatulloh wa wabarokatuh.…
Puisi: Penebusan (Karya A. Munandar) Penebusan Kisah kita mungkin akan seperti penebusan dosa, untuk kesalahan-kesalahan remaja yang kita lakukan dengan penuh rasa bangga. Sesekali menol…
Puisi: Kita Adalah Sama (Karya A. Munandar) Kita Adalah Sama Melihat dari kita yang membentuk diri kita yang membalut nama di balik kita Tidakkah mengherankan mata yang sama, hidun…
Puisi: Senyummu (Karya A. Munandar) Senyummu Waktu dan rencana resmi bercerai Kau dan aku kembali terbengkalai Tapi lagi-lagi, Ai senyummu menyelinap ke dalam pengap jiw…
Puisi: Sebagai Tamu (Karya A. Munandar) Sebagai Tamu untuk bicara pada manusia tanpa telinga, apa gunanya ? : lagi pula, sebagai tamu dijamu dalam gelap …
Puisi: Aku (Karya A. Munandar) Aku Aku hanya satu dari sekian yang berharap pagi tidak pernah menunggu. Aku hanya satu dari sekia…
Puisi: Obsesi Salah Tempat (Karya A. Munandar) Obsesi Salah Tempat Kuikuti arus-arus jemu menguras warna-warni semu namun tak jua kutemui, sesuatu yang seteduh bisikan itu. Ingatan telah membawaku…
Puisi: Pertempuran Batin (Karya A. Munandar) Pertempuran Batin Membingungkan betapa kita menenun dan terus menenun kejujuran demi kejujuran hanya demi melahirkan satu kebohongan y…
Puisi: Memo Sebelum Pemilu (Karya A. Munandar) Memo Sebelum Pemilu (1) Salahmu sendiri mengapa membangun demokrasi orang fanatik bukan hanya mengkritik-maki mereka siap me…
Puisi: Hujan Januari (Karya A. Munandar) Hujan Januari Kita tidak bisa terlalu optimis, bolehlah sedikit pesimis. Sebab masa lalu tidak sepenuhnya milik kita, masa depan tidak selalu me…
Puisi: Episode Air Mata (Karya A. Munandar) Episode Air Mata ( 1) Dengan hati dengan hati-hati senja sebagai saksi perasaan sebagai bukti Dua manusia asing bertemu, berb…
Puisi: Pulang Sekolah (Karya A. Munandar) Pulang Sekolah Muda belia dengan seragam b'rani sekali menggoda malam : Larut begini, pulang sekolah mencari sedekah. Muda belia …
Puisi: Hujan Sepanjang Jalan (Karya A. Munandar) Hujan Sepanjang Jalan Tiga manusia Sedang menggergaji mimpi-mimpi Dengan wajah basah Bicara tentang hari-hari nanti. Ada aku di …
Puisi: Naluri Insani (Karya A. Munandar) Naluri Insani Naluri insani melantai merantai menyambangi mengerudungi sepi ini Kacamata suci dari sejarah di atas api su…
Puisi: Takengon (Karya A. Munandar) Takengon Itulah kita di antara dosa-dosa tersamar dalam desahan cuaca Aku tak punya pilihan lain selain mencintaimu Sungguh, tak seperti kota-kota la…