AriefSigli

Puisi: Memo Sebelum Pemilu (Karya A. Munandar)

Memo Sebelum Pemilu (1) Salahmu sendiri mengapa membangun demokrasi         orang fanatik bukan hanya mengkritik-maki         mereka siap me…

Puisi: Hujan Januari (Karya A. Munandar)

Hujan Januari Kita tidak bisa terlalu optimis, bolehlah sedikit pesimis. Sebab masa lalu tidak sepenuhnya milik kita, masa depan tidak selalu me…

Puisi: Episode Air Mata (Karya A. Munandar)

Episode Air Mata ( 1) Dengan hati dengan hati-hati senja sebagai saksi perasaan sebagai bukti Dua manusia asing bertemu, berb…

Puisi: Pulang Sekolah (Karya A. Munandar)

Pulang Sekolah Muda belia dengan seragam b'rani sekali menggoda malam     : Larut begini,       pulang sekolah       mencari sedekah. Muda belia …

Puisi: Hujan Sepanjang Jalan (Karya A. Munandar)

Hujan Sepanjang Jalan Tiga manusia Sedang menggergaji mimpi-mimpi Dengan wajah basah Bicara tentang hari-hari nanti. Ada aku di …

Puisi: Naluri Insani (Karya A. Munandar)

Naluri Insani Naluri insani melantai merantai menyambangi mengerudungi sepi ini Kacamata suci dari sejarah di atas api su…

Puisi: Takengon (Karya A. Munandar)

Takengon Itulah kita di antara dosa-dosa tersamar dalam desahan cuaca Aku tak punya pilihan lain selain mencintaimu Sungguh, tak seperti kota-kota la…

Puisi: Penebusan (Karya A. Munandar)

Penebusan Kisah kita mungkin akan seperti penebusan dosa, untuk kesalahan-kesalahan remaja yang kita lakukan dengan penuh rasa bangga. Sesekali menol…

Puisi: Harga Sebuah Panggilan (Karya A. Munandar)

Harga Sebuah Panggilan Di rumah itu ada seorang perempuan yang tugasnya memasak, mencuci piring, mencuci baju, … Bukan karena ia babu, tapi karena be…

Puisi: Kita Adalah Sama (Karya A. Munandar)

Kita Adalah Sama Melihat dari kita yang membentuk diri kita yang membalut nama di balik kita Tidakkah mengherankan mata yang sama, hidun…

Puisi: Gorong-Gorong (Karya A. Munandar)

Gorong-Gorong Orang yang kamu puja-puji itu — yang pernah ke gorong-gorong bersamamu         sekarang ada dimana? Gorong-gorong itu milikmu,         …

Puisi: Keluarga Terhormat, Jaenudin Nachiro (Karya Arief Munandar)

Keluarga Terhormat, Jaenudin Nachiro (Bismillahirrohmanirrohim. Assalamualaikum warohmatulloh wa wabarokatuh.…

Puisi: Simpang Kenangan (Karya A. Munandar)

Simpang Kenangan Melambung angkuh menelusuri rindu, tempat bernaungnya, juga alasan berseminya. Hanya dua telaga benci, mata air cinta da…

Puisi: Hujan Waktu Itu (Karya A. Munandar)

Hujan Waktu Itu Hujan pertama telah datang dari perginya September lalu. Bumi kembali basah, begitu juga hatiku. …

Puisi: Perihal Patah Hati (Karya A. Munandar)

Perihal Patah Hati Untuk apa mengungkit Kenangan-kenangan pahit? Karena semakin dijahit Semakin terasa sakit. Bukankah leb…

Puisi: Masihkah Kau Ingat? (Karya A. Munandar)

Masihkah Kau Ingat? Yang tak pernah jemu Yang selalu menagih pilu Ai, ada yang ingin kutanyakan padamu:     Masihkah kau ingat …
© Sepenuhnya. All rights reserved.