Puisi: Tanda Seru (Karya Joko Pinurbo) Tanda Seru Seorang penulis duduk termenung di jendela, menunggu peristiwa kecil yang bisa menghibur hatinya. Matanya berbinar melihat seora…
Puisi: Surat untuk Ibu (Karya Joko Pinurbo) Surat untuk Ibu Akhir tahun ini saya tak bisa pulang, Bu. Saya lagi sibuk demo memperjuangkan nasib saya yang…
Puisi: Masjid Saka Tunggal (Karya Abdul Wachid B. S.) Masjid Saka Tunggal masjid satu pilar di tengahnya empat sayap seperti totem tergambar bawah tiang kaca…
Puisi: Sumpah Buruh (Karya Abdul Wachid B. S.) Sumpah Buruh kita manusia indonesia beralam satu alam indonesia kita manusia indonesia bermodal satu modal indonesia kita manusia in…
Puisi: Calon Jenazah (Karya Joko Pinurbo) Calon Jenazah Dalam pidato pelepasan jenazah bapak tua yang awet muda itu berkata, "Para calon jenazah yang mulia, mari kita ikhlaska…
Puisi: Elegi (Karya Joko Pinurbo) Elegi Maukah kau menemaniku makan? Makan dengan piring yang retak dan sendok yang patah. Makan, menghabiskan hatiku yang pecah. …
Puisi: Kenangan (Karya Joko Pinurbo) Kenangan Suatu saat kau akan jadi kenangan bagi tukang cukurmu. Ia memangkas rambutmu dengan sangat hati-hati agar gunting cukurnya tidak …
Puisi: Idul Fitri (Karya Abdul Wachid B. S.) Idul Fitri di akhir ramadhan ini ingin kutuliskan puisi kembalinya hati kepada yang fitri kembalinya se…
Puisi: Sumpah Pemuda (Karya Lili Priyani) Sumpah Pemuda Dengan apa kuagungkan tanah air Bila rakyatnya mempersolek diri Dengan aneka produk asing? Bagaimana harus kuagungkan bangsa ini Jika k…
Puisi: Mimpiku Menembus Awan (Karya Handrawan Nadesul) Mimpiku Menembus Awan Mimpiku menembus awan Mencari yang dulu pernah kutanam Tunas di tiap rantingku Seperti ketika melamun di waktu kecil Ingat roti…
Puisi: Mata Sunyi (Karya Joko Pinurbo) Mata Sunyi Tempat terindah untuk cuci mata ialah matamu: mata sunyi yang memancar di balik keriuhan hari-hari dan keramaian kata-kata. …
Puisi: Hujan Berdiam Diri (Karya Alex R. Nainggolan) Hujan Berdiam Diri hujan berdiam diri selalu kembali ke asal pada remah tanah menyiram ingatan aku bertahan dengan rangkaia…
Puisi: Kapan Lagi (Karya Joko Pinurbo) Kapan Lagi Kapan lagi kau bisa duduk manis di bawah pohon cemara, mendengarkan beberapa ekor puisi berkicau…
Puisi: Malam Rindu (Karya Joko Pinurbo) Malam Rindu Malam Minggu. Hatiku ketar-ketir. Ku tak tahu apakah demokrasi dapat mengantarku ke pelukanmu dengan cara seksama dan dalam te…
Puisi: Hati Jogja (Karya Joko Pinurbo) Hati Jogja Dalam secangkir teh ada hati Jogja yang lembut meleleh. Dalam secangkir kopi ada hati Jogja yang alon-alon waton hepi. Dalam …
Puisi: Negeri Gagap (Karya Bambang Widiatmoko) Negeri Gagap Aku pernah belajar menghemat kata-kata Sedikit bicara banyak bekerja Tapi engkau malah mengajariku Agar menambah ka…