Puisi: Orang Indonesia Kontemporer (Karya Binhad Nurrohmat)

Puisi "Orang Indonesia Kontemporer" karya Binhad Nurrohmat bercerita tentang ironi kehidupan masyarakat Indonesia masa kini, yang meskipun hidup ...
Orang Indonesia Kontemporer

Orang Indonesia
tak gentar hidup sengsara

Orang Indonesia
harus irit dan rajin puasa

Orang Indonesia
takut membenci penguasa

Orang Indonesia
menanggung hutang negara

Orang Indonesia
senyum saja negerinya dihina

Orang Indonesia
makan beras negara tetangga

Orang Indonesia
pantang menolak bantuan dana

Orang Indonesia
menerima sampah dari penjuru dunia.

Sumber: Demonstran Sexy (2008)

Analisis Puisi:

Puisi "Orang Indonesia Kontemporer" karya Binhad Nurrohmat adalah potret satiris tentang kondisi sosial-politik masyarakat Indonesia masa kini. Dengan gaya bahasa yang lugas namun menyentil, puisi ini menggambarkan realitas yang penuh ironi, di mana sikap pasrah, ketergantungan, dan ketidaktegasan menjadi ciri dominan dalam narasi kehidupan berbangsa.

Tema

Tema utama puisi ini adalah kritik sosial terhadap mentalitas masyarakat Indonesia kontemporer. Penyair mengangkat berbagai persoalan mulai dari ketimpangan ekonomi, ketakutan terhadap kekuasaan, ketergantungan pada asing, hingga degradasi martabat bangsa. Tema ini disampaikan dengan ironi yang tajam, menyiratkan keresahan dan sindiran terhadap kondisi yang stagnan dan tidak kritis.

Makna Tersirat

Di balik ungkapan sederhana dalam tiap bait, tersimpan makna tersirat yang mendalam: bahwa masyarakat Indonesia terjebak dalam sikap pasif dan permisif. Mereka terbiasa hidup dalam keterbatasan dan tekanan, namun tidak berani melawan atau bersuara. Penyair juga menyinggung soal mental inlander yang menerima keadaan tanpa keberanian untuk berubah. Setiap barisnya mengandung sindiran atas sikap menerima tanpa refleksi atau kritik terhadap ketidakadilan yang terjadi.

Puisi ini bercerita tentang ironi kehidupan masyarakat Indonesia masa kini, yang meskipun hidup dalam berbagai tekanan seperti kemiskinan, ketergantungan pada negara lain, dan krisis harga diri, tetap bersikap diam, sabar, dan menerima. Penyair secara sengaja menyusun repetisi “Orang Indonesia” di setiap bait untuk mempertegas generalisasi dan menyindir fenomena sosial yang dianggap sudah membudaya.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini terasa sarkastik, getir, dan menyedihkan. Meskipun tidak ada kata-kata kasar atau emosi yang meledak-ledak, namun pilihan diksi seperti "takut membenci penguasa", "menanggung hutang negara", dan "menerima sampah dari penjuru dunia" menciptakan suasana yang menyentak dan mengajak pembaca untuk berpikir ulang tentang realitas sosial yang dihadapi.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang dapat diambil dari puisi ini adalah perlunya refleksi dan keberanian untuk berubah. Penyair tampaknya mengajak masyarakat Indonesia agar tidak lagi pasrah dan bersikap permisif terhadap ketidakadilan atau keterpurukan yang terjadi. Ia menyuarakan kegelisahan terhadap bangsa yang kehilangan daya kritis, keberanian, dan kemandiriannya. Amanatnya tegas: bangsa ini harus bangkit dari keterjajahan mental dan menjadi subjek atas nasibnya sendiri.

Imaji

Meskipun puisi ini minim deskripsi visual, namun imaji sosial sangat kuat. Imaji tentang "makan beras negara tetangga", "menerima sampah dari penjuru dunia", dan "senyum saja negerinya dihina" menciptakan gambaran realitas yang konkret tentang ketergantungan dan kemunduran martabat bangsa. Imaji tersebut menggugah pembaca untuk merasa prihatin dan tergugah secara emosional.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
  • Repetisi: Pengulangan frasa “Orang Indonesia” di setiap baris berfungsi untuk menekankan subjek sekaligus menciptakan efek retoris yang kuat.
  • Ironi: Hampir seluruh isi puisi menggunakan ironi, yaitu mengatakan sesuatu namun sebenarnya bermaksud menyampaikan hal sebaliknya. Contohnya, "senyum saja negerinya dihina" menyindir sikap apatis terhadap penghinaan terhadap bangsa.
  • Sarkasme: Dalam nada halus namun tajam, bait seperti "menerima sampah dari penjuru dunia" merupakan bentuk sarkasme terhadap kebijakan negara yang tidak selektif dalam menerima barang atau bantuan dari luar negeri.
Puisi "Orang Indonesia Kontemporer" adalah karya sastra yang lugas, ironis, dan tajam dalam menyuarakan kegelisahan sosial. Binhad Nurrohmat menghadirkan realitas masyarakat yang penuh kontradiksi—hidup dalam kesengsaraan tetapi tetap diam, bergantung pada negara lain namun merasa nyaman. Melalui gaya bahasa yang sederhana namun efektif, puisi ini mengajak pembaca untuk merefleksikan kembali posisi bangsa Indonesia dalam percaturan global dan sosial. Inilah puisi yang bukan hanya untuk dinikmati, tapi juga untuk disadari dan diperjuangkan maknanya.

Binhad Nurrohmat
Puisi: Orang Indonesia Kontemporer
Karya: Binhad Nurrohmat

Biodata Binhad Nurrohmat:
Binhad Nurrohmat lahir pada tanggal 1 Januari 1976 di Lampung, Indonesia.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.