Puisi: Negeri Sawah yang Lelah (Karya Toto ST Radik)

Puisi "Negeri Sawah yang Lelah" karya Toto ST Radik bercerita tentang sebuah negeri yang dulunya penuh dengan kehidupan dan kesuburan, namun kini ...
Negeri Sawah yang Lelah

Negeri sawah yang lelah
terlipat dalam buku sejarah
di atas sprei yang berdarah
tanpa mempelai

Tubuh perawannya yang hijau telah membusuk
kelaminnya remuk dan mencair seperti bubur
sperma dan serbuk mesiu masih tersisa di situ
bersama ribuan belatung dalam pesta sendawa

"berabad-abad tak ada telinga dan mata
di sini," katanya sedih, "hanya
mulut-mulut yang lepas dari kepala
berderak-derak berebut pengeras suara."

Negeri sawah yang lelah, tanah-airku
perawan yang koyak dijarah para pezinah
wangi padi dan harum rempah-rempah
tinggal keping-keping kenangan yang gosong

Yang gosong dan dilupakan
: sejarah telah sempurna pada bab kematian

Serang, 1998

Sumber: Indonesia Setengah Tiang (1999)

Analisis Puisi:

Puisi "Negeri Sawah yang Lelah" karya Toto ST Radik menggambarkan sebuah negeri yang telah mengalami kerusakan dan kehancuran akibat perampasan dan pengabaian. Dengan menggunakan bahasa yang kuat dan penuh makna, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang kondisi tanah air yang terluka, lelah, dan dilupakan.

Tema Puisi

Tema utama puisi ini adalah kehancuran dan kelelahan sebuah tanah air yang dulunya subur dan makmur. Negeri sawah yang digambarkan dalam puisi ini adalah simbol dari sebuah tempat yang dulunya subur dan penuh harapan, namun kini telah mengalami kerusakan dan kehancuran yang disebabkan oleh eksploitasi dan ketidakpedulian terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Puisi ini juga menyoroti perasaan keputusasaan terhadap kondisi yang semakin memburuk.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini mengajak pembaca untuk memahami kerusakan yang terjadi pada tanah air, yang tidak hanya disebabkan oleh perusakan alam, tetapi juga oleh perilaku manusia yang tidak peduli terhadap keberlanjutan dan kelestarian negeri tersebut. "Negeri sawah yang lelah" merupakan metafora bagi tanah air yang kelelahan karena eksploitasi dan penghancuran yang tak kunjung berhenti. Penyair menggambarkan sebuah negeri yang terluka, seakan tak ada lagi harapan untuk pemulihan, di mana sejarah hanya mencatat kematian dan kehancuran tanpa ada upaya untuk memperbaiki keadaan.

Puisi ini bercerita tentang sebuah negeri yang dulunya penuh dengan kehidupan dan kesuburan, namun kini telah mengalami kerusakan parah. "Tubuh perawannya yang hijau telah membusuk" menggambarkan sebuah tanah yang pernah subur, namun kini telah rusak dan hancur, seiring berjalannya waktu dan datangnya penjajahan serta eksploitasi tanpa henti. Penyair juga menggambarkan bagaimana tanah air ini "dijarah para pezinah," yang mencerminkan pengabaian dan penindasan yang dilakukan oleh mereka yang hanya mencari keuntungan tanpa memperhatikan kelangsungan hidup tanah air dan rakyatnya.

Suasana dalam Puisi

Puisi ini menciptakan suasana kelam dan penuh kesedihan. Kata-kata seperti "terlipat dalam buku sejarah," "perawan yang koyak dijarah," dan "sejarah telah sempurna pada bab kematian" membangun suasana yang suram, penuh kekecewaan, dan keputusasaan. Penyair menggambarkan kehancuran tanah air secara gamblang, mengungkapkan bahwa negeri yang dulu subur kini hanya menyisakan kenangan yang gosong dan terlupakan. Suasana kesedihan ini semakin diperparah dengan gambaran tentang belatung dan tubuh yang membusuk, simbol dari kerusakan yang tak terelakkan.

Amanat/Pesan yang Disampaikan

Puisi ini menyampaikan pesan yang kuat tentang pentingnya kesadaran terhadap kondisi tanah air yang terus mengalami kerusakan dan penghancuran. Penyair mengajak pembaca untuk merenung tentang keadaan negeri yang semakin lelah dan terluka, serta untuk tidak melupakan pentingnya menjaga dan merawat keberlanjutan hidup dan alam. Dalam konteks ini, puisi ini bisa dianggap sebagai kritik terhadap eksploitasi terhadap alam dan ketidakpedulian terhadap penderitaan yang dialami oleh negeri yang terus dijarah.

Imaji dalam Puisi

Puisi ini mengandung imaji yang kuat, yang memberikan gambaran yang sangat visual dan menggugah perasaan:
  • Imaji visual: "Tubuh perawannya yang hijau telah membusuk" memberikan gambaran yang jelas tentang kerusakan alam yang dahsyat, yang dulunya subur dan penuh kehidupan, namun kini telah mati dan busuk.
  • Imaji sensorik: "Sperma dan serbuk mesiu masih tersisa di situ" menciptakan gambaran tentang kehancuran dan kekerasan yang terjadi, yang meninggalkan bekas fisik yang mengerikan.
  • Imaji simbolik: "Sejarah telah sempurna pada bab kematian" memberikan gambaran tentang bagaimana kehancuran negeri ini telah menjadi bagian dari sejarah yang tak terhindarkan, simbol dari kematian dan berakhirnya kehidupan yang penuh harapan.

Majas dalam Puisi

Puisi ini juga menggunakan majas untuk memperkuat makna dan nuansa yang ingin disampaikan:
  • Metafora: "Negeri sawah yang lelah" adalah metafora untuk menggambarkan tanah air yang telah kelelahan karena berbagai peristiwa yang menghancurkannya. Selain itu, "perawan yang koyak dijarah para pezinah" adalah metafora untuk menggambarkan tanah yang telah dirusak dan dieksploitasi tanpa henti.
  • Ironi: "Di atas sprei yang berdarah tanpa mempelai" menciptakan ironi yang kuat, di mana darah yang seharusnya menjadi simbol kehidupan dan kesucian justru terbuang sia-sia tanpa adanya harapan atau tujuan yang jelas.
  • Personifikasi: "Negeri sawah yang lelah" menggambarkan negeri ini seolah-olah ia adalah makhluk hidup yang mengalami kelelahan, merasa tertekan dan tak mampu bertahan lagi.
Puisi "Negeri Sawah yang Lelah" karya Toto ST Radik adalah karya yang mengajak pembaca untuk merenung tentang kondisi tanah air yang terus dihancurkan dan dilupakan. Dengan menggunakan bahasa yang kuat, penuh metafora, dan simbol-simbol yang menggugah, penyair menyampaikan kritik sosial yang mendalam terhadap ketidakpedulian manusia terhadap alam dan sejarah. Puisi ini memberikan gambaran tentang kerusakan yang terjadi di negeri ini, serta mengingatkan kita akan pentingnya merawat dan menjaga keberlanjutan hidup dan alam demi masa depan yang lebih baik.

Puisi Toto ST Radik
Puisi: Negeri Sawah yang Lelah
Karya: Toto ST Radik

Biodata Toto ST Radik:
  • Toto Suhud Tuchaeni Radik lahir pada tanggal 30 Juni 1965 di desa Singarajan, Serang.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.