Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Kontol Kambing (Karya F. Rahardi)

Puisi "Kontol Kambing" karya F. Rahardi mengangkat tema konsumsi dan kemunafikan sosial dengan cara yang provokatif dan lugas. Melalui ...
Kontol Kambing

di warung sop dan sate kambing
di Jalan Kendal Jakarta
kontol kambing itu sudah dikupas bersih
digandeng-gandeng, diikat tali rafia
lalu digantung seperti sedompol buah apel

agar lebih sopan
kontol-kontol kambing itu lalu disebut torpedo
maklum, para petinggi, para priyayi bahkan
alim ulama
sering berbondong-bondong kemari
menyeruput es kopyor
menyedot keretek
dan menunggu
torpedo itu dicacah
dicincang, dipanggang, diguyur kecap,
dilumur cabe
disiram merica
lalu ditenggelamkan dalam genangan
minyak samin
genangan liur dan keringat

(genangan darah itu tak ada di sini
sebab kontol kambing ini dibetot di kawasan
Cakung sana
tanpa seizin pemiliknya
yang sudah tergeletak
tanpa bisa lagi mengembik atau protes keras
sebab lehernya sudah menga-nga digorok golok).

Jakarta, 1989

Analisis Puisi:

F. Rahardi dikenal sebagai penyair yang sering menyinggung tema-tema sosial dengan gaya bahasa yang lugas dan provokatif. Puisi "Kontol Kambing" adalah salah satu karya yang mencerminkan keberanian Rahardi dalam mengeksplorasi tema-tema yang jarang diangkat dalam sastra Indonesia.

Tema dan Makna

Puisi ini menggambarkan realitas sosial dan budaya di sekitar konsumsi daging kambing di Indonesia, khususnya di Jakarta. Di balik deskripsi tentang makanan, terdapat kritik terhadap kemunafikan dan ketidakadilan sosial.

Struktur dan Gaya Bahasa

Puisi ini terdiri dari tiga bait dengan baris-baris yang bervariasi panjangnya. Gaya bahasa yang digunakan oleh Rahardi sangat langsung dan tidak eufemistis. Penggunaan istilah "kontol kambing" yang kemudian diubah menjadi "torpedo" mencerminkan cara masyarakat memoles sesuatu yang vulgar menjadi lebih sopan demi menjaga norma sosial.

Simbolisme dan Imaji

  1. Kontol Kambing: Kontol kambing atau alat kelamin kambing di sini bukan hanya sekedar objek fisik, tetapi juga simbol dari sesuatu yang kasar dan vulgar yang diubah menjadi sesuatu yang lebih dapat diterima, yakni "torpedo". Ini mencerminkan bagaimana masyarakat sering kali menutupi hal-hal yang dianggap tidak pantas dengan istilah yang lebih halus.
  2. Proses Memasak: Proses memasak yang rinci, mulai dari dicacah, dipanggang, hingga ditenggelamkan dalam minyak samin, menggambarkan transformasi dan penyesuaian yang dilakukan untuk membuat sesuatu yang tidak nyaman menjadi lezat dan bisa diterima.
  3. Leher Menganga dan Darah yang Tak Ada: Gambaran tentang leher kambing yang menganga dan darah yang tak ada menunjukkan kekerasan yang tersembunyi dalam proses yang tampaknya biasa dan sehari-hari. Ini bisa diinterpretasikan sebagai kritik terhadap bagaimana kekerasan dan eksploitasi sering kali tersembunyi di balik kehidupan sehari-hari.

Kritik Sosial

Puisi ini mengandung kritik sosial yang kuat terhadap kemunafikan masyarakat, terutama mereka yang berada di posisi kekuasaan atau memiliki status sosial tinggi. Mereka yang "sering berbondong-bondong kemari" termasuk petinggi, priyayi, dan alim ulama, digambarkan sebagai menikmati sesuatu yang vulgar dengan cara yang halus dan berkelas. Ini mengkritik bagaimana moralitas dan etika sering kali disesuaikan dengan kepentingan dan kenyamanan pribadi.

Emosi dan Suasana

Puisi ini mengandung suasana yang kontradiktif. Di satu sisi, ada kelezatan dan kenikmatan yang digambarkan melalui proses memasak dan menikmati makanan. Di sisi lain, ada kekerasan dan eksploitasi yang tersembunyi di balik kenikmatan tersebut. Perpaduan ini menciptakan perasaan tidak nyaman dan mendorong pembaca untuk merenungkan realitas yang ada di balik permukaan.

Pesan Moral

Pesan moral dari puisi ini adalah ajakan untuk lebih sadar dan kritis terhadap apa yang tampak di permukaan. Ada ajakan untuk tidak hanya menikmati kenikmatan tanpa memikirkan asal usul dan proses yang mendahuluinya. Ini bisa diterapkan dalam konteks yang lebih luas, termasuk dalam hal konsumsi, etika, dan moralitas sosial.

Puisi "Kontol Kambing" karya F. Rahardi adalah puisi yang mengangkat tema konsumsi dan kemunafikan sosial dengan cara yang provokatif dan lugas. Melalui deskripsi yang rinci dan simbolisme yang kuat, Rahardi mengajak pembaca untuk merenungkan realitas yang sering kali tersembunyi di balik permukaan kehidupan sehari-hari. Kritik sosial yang tajam dan penggunaan bahasa yang langsung menjadikan puisi ini sebagai karya yang menggugah dan memaksa pembaca untuk berpikir lebih dalam tentang moralitas dan etika dalam masyarakat.

Floribertus Rahardi
Puisi: Kontol Kambing
Karya: F. Rahardi

Biodata F. Rahardi:
  • F. Rahardi (Floribertus Rahardi) lahir pada tanggal 10 Juni 1950 di Ambarawa, Jawa Tengah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.