Puisi: Di Gerbang Kampus Itu (Karya L.K. Ara)

Puisi "Di Gerbang Kampus Itu" karya L.K. Ara adalah refleksi mendalam tentang pencarian ilmu,
Di Gerbang Kampus Itu

Seorang setengah baya
Entah dari mana datangnya
Tiba-tiba berdiri
Di gerbang kampus itu
Ia tengadah ke langit
Lalu menjerit
Suaranya hilang entah kemana
Tapi tiba-tiba menetes kata
Dari bintang
Jatuh ke bumi
Berserakan di bumi
Menjadi syair

Seorang setengah baya
Entah dari mana datangnya
Tiba-tiba terengah
Di gerbang kampus itu
Setelah ribuan kilometer berlari
Mencari
Lalu tertunduk
Menangis
Tangisnya kemudian hilang
Entah kemana
Tapi tiba-tiba menetes kata
Dari batu
Tergulir ke bumi
Menjadi puisi
Yang abadi

Seorang setengah baya
Entah dari mana datangnya
Kemudian pergi
Entah kemana
Di subuh hari
Ketika seorang mahasiswa
Membuka pintu gerbang kampus itu
Ia lihat kertas lusuh
Di sana tertulis
Tuhan, berkahi usaha mulia ini

Jakarta, 1986

Analisis Puisi:

Puisi "Di Gerbang Kampus Itu" karya L.K. Ara mengangkat tema tentang pencarian ilmu, perjalanan spiritual, dan perjuangan dalam kehidupan. Sosok "seorang setengah baya" dalam puisi ini merepresentasikan seseorang yang telah menempuh perjalanan panjang, baik secara fisik maupun batin, dalam pencarian makna hidup dan kebijaksanaan.

Makna Tersirat

Puisi ini menyiratkan bahwa perjalanan mencari ilmu dan makna kehidupan tidak selalu mudah. Ada pengorbanan, pencarian yang panjang, bahkan kesedihan yang harus dilalui. Namun, pada akhirnya, pencarian tersebut menghasilkan sesuatu yang abadi—dalam bentuk syair dan puisi, yang melambangkan ilmu dan kebijaksanaan yang diwariskan kepada generasi selanjutnya.

Puisi ini bercerita tentang seorang pria setengah baya yang tiba-tiba muncul di gerbang sebuah kampus. Ia menengadah ke langit dan menjerit, seolah sedang mencari sesuatu yang telah lama hilang. Namun, suaranya menghilang, dan hanya meninggalkan kata-kata yang turun dari bintang, yang kemudian menjadi syair.

Pria tersebut kemudian berlari ribuan kilometer, menangis, dan lagi-lagi suaranya menghilang, hanya menyisakan kata-kata yang jatuh dari batu dan menjadi puisi yang abadi. Akhirnya, di subuh hari, ia menghilang tanpa jejak, hanya meninggalkan secarik kertas dengan doa agar Tuhan memberkahi usaha mulia di kampus itu.

Suasana dalam Puisi

Puisi ini memiliki suasana yang reflektif dan penuh misteri. Ada kesan kesedihan, kelelahan, dan pencarian tanpa akhir, tetapi juga ada harapan dan ketulusan dalam doa yang ditinggalkan di akhir puisi.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Puisi ini mengajarkan bahwa pencarian ilmu dan kebijaksanaan adalah perjalanan yang panjang dan melelahkan, tetapi hasilnya akan abadi. Ilmu yang diwariskan akan tetap hidup, meskipun pencarinya telah pergi. Pesan lain yang tersirat adalah bahwa kampus atau institusi pendidikan merupakan tempat suci bagi pencarian ilmu, sehingga harus dijaga dan diberkahi agar dapat terus memberikan manfaat bagi banyak orang.

Imaji

  • Imaji visual: "Ia tengadah ke langit / Lalu menjerit", menggambarkan sosok pria yang penuh harap dan pencarian.
  • Imaji auditori: "Suaranya hilang entah kemana", memberikan kesan misteri dan kehilangan.
  • Imaji kinestetik: "Setelah ribuan kilometer berlari / Mencari", menggambarkan kelelahan dan perjuangan dalam perjalanan hidupnya.

Majas

  • Metafora: "Menetes kata dari bintang / Jatuh ke bumi / Menjadi syair", menggambarkan bagaimana kata-kata yang diucapkan atau dicari oleh pria tersebut berubah menjadi sesuatu yang abadi, yakni puisi dan ilmu.
  • Personifikasi: "Tangisnya kemudian hilang / Entah kemana", seolah-olah tangisan memiliki nyawa dan bisa menghilang dengan sendirinya.
  • Repetisi: Frasa "Seorang setengah baya / Entah dari mana datangnya" yang diulang dalam puisi memberikan efek dramatis dan menekankan misteri tokoh utama dalam puisi.
Puisi "Di Gerbang Kampus Itu" karya L.K. Ara adalah refleksi mendalam tentang pencarian ilmu, perjuangan hidup, dan warisan kebijaksanaan. Dengan suasana yang penuh misteri dan simbolisme yang kuat, puisi ini menggambarkan seseorang yang telah menempuh perjalanan panjang untuk mencari makna, dan akhirnya meninggalkan sesuatu yang abadi dalam bentuk kata-kata. Melalui metafora dan imaji yang kaya, puisi ini mengajarkan bahwa ilmu dan kebijaksanaan adalah warisan yang akan terus hidup meskipun pencarinya telah pergi.

Puisi Sepenuhnya
Puisi: Di Gerbang Kampus Itu
Karya: L.K. Ara

Biodata L.K. Ara:
  • Nama lengkap L.K. Ara adalah Lesik Keti Ara.
  • L.K. Ara lahir di Kutelintang, Takengon, Aceh Tengah, 12 November 1937.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • DoaAllah pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak(untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia mengatakankepadanya: 'Jadilah'. Lalu jadilah ia.Al Baqarah117mengapa man…
  • AIDS Parfum perancis mengambang di angkasa Taman Lawang lipstik meleleh di bantaran Kali Malang pohon akasia memamerkan paha dan lampu bajaj melotot melihat tetek-…
  • Setelah Kita Setelah kita Siapa lagi akan ke sana Memesan nasi dan sop ayam Dan lalap kesukaan Sambil duduk Minum air jeruk Air dari ketinggian berdesir Me…
  • Sajak Ibuibu pernah mengusirku minggat dari rumahtetapi menangis ketika aku susahibu tak bisa memejamkan matabila adikku tak bisa tidur karena laparibu akan marah besarbila kami me…
  • Kereta Api TerakhirTak dihitung lagi matahariKetika kereta itu bergerak. Ke dunia yang lainCakrawala kehilangan ufuk. Orang-orang terpaku    di tempatnyaBelum pernah seri…
  • Malam ke 4(Mudik Ramadhan) Angin pecah di tangga masjid menelanjangi diri satu, satu bulan semu berjalan birahi menggelepar mati. Ban…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.