Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Penyebab Tulang Keropos pada Usia Muda

Banyak orang menganggap bahwa Tulang Keroposs adalah "penyakit usia tua", tapi kenyataannya penyakit ini bisa dimulai sejak usia muda tanpa kita ...

Tulang keropos atau dalam istilah medis disebut osteoporosis sering kali dianggap sebagai penyakit orang tua. Namun, kenyataannya, kondisi ini juga bisa menyerang usia muda. Bahkan, dalam beberapa kasus yang dikutip pafipckotabanyuwangi.org, gejalanya mulai terlihat saat seseorang masih berusia 20-an. Lalu, mengapa hal ini bisa terjadi? Apa yang menyebabkan tulang menjadi rapuh sebelum waktunya?

Tulang Bukan Sekadar Rangka Tubuh

Sebelum membahas penyebabnya, mari kita pahami dulu bahwa tulang bukan hanya sekadar penyangga tubuh. Tulang adalah jaringan hidup yang terus mengalami proses pembentukan dan penghancuran (remodeling). Sel-sel pembentuk tulang (osteoblast) dan penghancur tulang (osteoclast) bekerja sepanjang waktu untuk menjaga keseimbangan massa tulang. Nah, jika keseimbangan ini terganggu—misalnya penghancuran lebih cepat daripada pembentukan—maka tulang bisa menjadi keropos.

Penyebab Tulang Keropos pada Usia Muda

Kondisi ini sangat rentan terjadi jika kita mengabaikan gaya hidup sehat sejak muda. Sayangnya, banyak anak muda yang merasa tubuhnya "baik-baik saja", lalu enggan menjaga kesehatan tulang mereka. Padahal, puncak kepadatan tulang (peak bone mass) terjadi di usia sekitar 30 tahun. Setelah itu, tulang cenderung akan menurun secara alami.

1. Kurangnya Asupan Kalsium dan Vitamin D

Kalsium adalah mineral utama pembentuk tulang. Jika tubuh kekurangan kalsium, ia akan mengambil cadangan dari tulang, yang pada akhirnya membuat tulang jadi rapuh. Sayangnya, banyak anak muda yang tidak mendapatkan cukup kalsium dari makanan sehari-hari. Ditambah lagi, kebiasaan minum soda dan kopi berlebihan justru bisa menghambat penyerapan kalsium.

Selain kalsium, vitamin D juga tak kalah penting karena membantu penyerapan kalsium dari usus ke dalam darah. Tanpa vitamin D yang cukup, konsumsi kalsium sebanyak apapun bisa sia-sia. Ironisnya, di era modern ini, banyak orang lebih suka beraktivitas di dalam ruangan dan jarang terpapar sinar matahari langsung—sumber alami vitamin D.

Gejala awal:

  • Mudah lelah
  • Nyeri otot
  • Kram kaki
  • Tulang terasa nyeri saat ditekan

2. Gaya Hidup Sedentari (Kurang Gerak)

Tubuh manusia diciptakan untuk bergerak. Saat kita aktif secara fisik, tubuh akan memberi sinyal ke tulang bahwa mereka "dibutuhkan", sehingga proses pembentukan tulang tetap berjalan optimal. Namun, kehidupan modern membuat banyak anak muda menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar, baik itu komputer, TV, atau ponsel. Aktivitas fisik menjadi sangat minim.

Kurangnya aktivitas seperti berjalan kaki, naik tangga, atau olahraga ringan bisa menyebabkan kepadatan tulang berkurang secara perlahan. Ini bukan masalah satu-dua minggu, tapi efek akumulatif dalam hitungan tahun.

Solusi sederhana:

  • Jalan kaki minimal 30 menit per hari
  • Mengangkat beban ringan (bodyweight exercise)
  • Yoga atau pilates

3. Diet Ekstrem dan Gangguan Makan

Keinginan tampil ideal secara fisik mendorong sebagian anak muda, terutama perempuan, melakukan diet ekstrem. Diet rendah kalori atau bahkan tanpa karbohidrat bisa menyebabkan defisiensi gizi penting yang dibutuhkan tulang. Gangguan makan seperti anoreksia dan bulimia juga bisa menyebabkan hormon menjadi tidak seimbang, yang pada akhirnya mengganggu pembentukan tulang.

Tubuh yang tidak mendapatkan cukup kalori dan nutrisi akan memprioritaskan fungsi vital seperti detak jantung dan pernapasan. Fungsi "sekunder" seperti pembentukan tulang akan dikesampingkan.

Efek jangka panjang:

  • Penurunan massa tulang
  • Gangguan menstruasi (pada wanita)
  • Risiko patah tulang meningkat

4. Ketidakseimbangan Hormon

Hormon memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan tulang. Pada perempuan, hormon estrogen membantu memperlambat penghancuran tulang. Sementara pada laki-laki, testosteron membantu pembentukan massa tulang. Jika terjadi ketidakseimbangan—entah karena penyakit, stres berkepanjangan, atau penggunaan obat tertentu—maka tulang bisa menjadi rapuh.

Beberapa kasus menunjukkan bahwa perempuan muda yang mengalami amenore (tidak menstruasi) karena stres atau olahraga berlebihan memiliki risiko lebih tinggi mengalami osteoporosis dini. Sementara pada pria, penurunan testosteron di usia muda bisa menjadi indikator masalah kesehatan serius.

5. Penggunaan Obat-obatan Tertentu

Tak banyak yang tahu bahwa penggunaan jangka panjang obat-obatan tertentu dapat menyebabkan pengeroposan tulang. Obat golongan kortikosteroid seperti prednison, yang sering digunakan untuk asma, lupus, atau radang sendi, dapat menghambat proses pembentukan tulang jika digunakan dalam jangka waktu lama.

Begitu pula dengan beberapa obat anti-kejang, antidepresan, dan penghambat pompa proton (obat lambung) yang juga bisa berdampak negatif pada metabolisme tulang.

Tips aman:

  • Selalu konsultasikan penggunaan obat jangka panjang dengan dokter
  • Minta alternatif jika memungkinkan
  • Imbangi dengan nutrisi dan olahraga

6. Merokok dan Konsumsi Alkohol

Merokok sudah lama dikaitkan dengan berbagai penyakit kronis, termasuk osteoporosis. Nikotin diketahui bisa mengganggu aliran darah ke tulang dan mempercepat laju penghancuran tulang. Lebih dari itu, merokok juga bisa menurunkan kadar estrogen pada perempuan dan testosteron pada pria.

Sementara itu, alkohol bisa mengganggu penyerapan kalsium di usus dan juga merusak fungsi hati yang berperan dalam mengubah vitamin D menjadi bentuk aktif. Konsumsi alkohol berlebihan dalam jangka panjang juga dapat menyebabkan gangguan keseimbangan, yang meningkatkan risiko jatuh dan patah tulang.

7. Faktor Genetik dan Kondisi Medis Tertentu

Meskipun gaya hidup sangat berpengaruh, faktor genetik juga memiliki peran. Jika orang tua atau kakek-nenek memiliki riwayat osteoporosis, maka risiko seseorang untuk mengalami kondisi serupa juga lebih tinggi. Selain itu, beberapa penyakit kronis seperti diabetes tipe 1, penyakit celiac, gangguan tiroid, dan gangguan ginjal juga bisa memengaruhi kepadatan tulang.

Pentingnya deteksi dini:

  • Pemeriksaan kepadatan tulang (bone densitometry)
  • Konsultasi riwayat keluarga dengan dokter
  • Pemantauan nutrisi dan hormon sejak dini

8. Kurangnya Edukasi Sejak Dini

Salah satu penyebab yang sering terlupakan adalah kurangnya edukasi tentang pentingnya menjaga kesehatan tulang sejak usia muda. Banyak kurikulum pendidikan yang belum memberi penekanan pada pentingnya kalsium, vitamin D, serta olahraga beban untuk anak dan remaja.

Orang tua pun kadang lebih fokus pada tinggi badan dan berat badan anak, tanpa menyadari bahwa kepadatan tulang juga penting. Padahal, kualitas tulang yang baik sejak kecil bisa menjadi "tabungan kesehatan" di masa tua nanti.

Apa yang Bisa Dilakukan?

Jika kamu merasa sudah mulai mengalami gejala-gejala seperti nyeri tulang, postur bungkuk, atau kelelahan otot yang tidak biasa, jangan anggap remeh. Langkah awal yang bisa dilakukan:

  1. Periksa kepadatan tulang ke klinik atau rumah sakit terdekat.
  2. Evaluasi pola makan dan tambahkan asupan tinggi kalsium dan vitamin D seperti susu, keju, ikan, brokoli, dan telur.
  3. Kurangi konsumsi soda, kafein, dan alkohol.
  4. Mulai olahraga ringan seperti berjalan kaki, naik-turun tangga, atau angkat beban ringan.
  5. Konsultasi medis untuk mengecek kemungkinan gangguan hormon atau efek obat-obatan.

Jangan Tunggu Tua untuk Peduli

Banyak orang menganggap bahwa osteoporosis adalah "penyakit usia tua", tapi kenyataannya penyakit ini bisa dimulai sejak usia muda tanpa kita sadari. Kebiasaan buruk, diet ekstrem, gaya hidup kurang gerak, hingga paparan zat-zat yang merugikan tulang dapat menyebabkan pengeroposan jauh sebelum usia senja.

Memahami penyebabnya adalah langkah awal untuk mencegahnya. Dan seperti halnya investasi, menjaga tulang adalah investasi jangka panjang. Mulailah dari sekarang. Tulangmu adalah fondasi tubuhmu—jangan biarkan mereka runtuh sebelum waktunya.

© Sepenuhnya. All rights reserved.