Moderasi Beragama di Tengah Tren Digital dan Polarisasi Sosial

Moderasi beragama adalah sikap tengah dalam beragama: tidak ekstrem ke kiri maupun ke kanan. Ini bukan kompromi terhadap prinsip-prinsip agama, ...

Di era digital saat ini, arus informasi mengalir dengan sangat cepat melalui media sosial dan berbagai platform daring. Di satu sisi, hal ini membuka ruang luas bagi penyebaran dakwah dan ajaran agama. Namun di sisi lain, tren ini juga membawa tantangan baru, seperti meningkatnya polarisasi sosial, penyebaran hoaks, ujaran kebencian, dan berkembangnya paham keagamaan yang ekstrem. Dalam situasi inilah, moderasi beragama menjadi semakin relevan dan mendesak untuk diterapkan.

Moderasi beragama adalah sikap tengah dalam beragama: tidak ekstrem ke kiri maupun ke kanan. Ini bukan kompromi terhadap prinsip-prinsip agama, melainkan cara bijak dalam mengekspresikan keyakinan tanpa merendahkan orang lain. Di tengah tren meningkatnya intoleransi yang kerap viral di media sosial, penting bagi generasi muda untuk mengembangkan sikap toleran, terbuka, dan inklusif.

Moderasi Beragama di Tengah Tren Digital dan Polarisasi Sosial

Saat ini, banyak anak muda yang mencari pemahaman keagamaan melalui internet. Sayangnya, tidak semua sumber informasi bersifat edukatif dan menyejukkan. Beberapa justru menyebarkan narasi kebencian dan menanamkan curiga terhadap perbedaan. Jika tidak dibekali dengan literasi digital dan nilai-nilai moderasi, generasi muda bisa mudah terpengaruh oleh konten-konten yang menyimpang.

Pemerintah sendiri telah mendorong penguatan moderasi beragama sebagai salah satu program prioritas nasional. Hal ini tercermin dalam pengembangan kurikulum pendidikan, pelatihan bagi tokoh agama, hingga kampanye publik di media digital. Tren positif ini perlu diperkuat dengan keterlibatan aktif masyarakat, terutama anak muda sebagai pengguna media sosial terbanyak, untuk menjadi agen perubahan dan penyebar narasi damai.

Dengan menjadikan moderasi beragama sebagai bagian dari gaya hidup digital, kita bisa membangun ruang online yang lebih sehat, damai, dan produktif. Moderasi bukan sekadar konsep, tapi menjadi kompas moral dalam bersikap dan berinteraksi—baik di dunia nyata maupun dunia maya.

Daftar Pustaka:

  • Kementerian Agama Republik Indonesia. (2021). Buku Saku Moderasi Beragama. Jakarta: Kementerian Agama RI.
  • Mahfud, M. (2020). Moderasi Beragama di Era Digital: Tantangan dan Peluang. Jurnal Studi Agama dan Masyarakat, 18(2), 101–115.
  • Wahid Foundation. (2022). Laporan Tahunan Toleransi dan Keberagaman di Indonesia. Jakarta: Wahid Foundation.
  • Yusof, M., & Ahmad, N. (2021). The Role of Youth in Promoting Religious Moderation through Social Media. Journal of Islamic Thought and Civilization, 11(1), 55–68.
  • Zuhdi, M. (2019). Islamic Moderation (Wasatiyyah) in Education: An Indonesian Context. Religions, 10(2), 118. https://doi.org/10.3390/rel10020118

Biodata Penulis:

Dinda Annisa Risqi saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Islam Negeri K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.