Puisi: Tuti Artic (Karya Chairil Anwar)

Puisi "Tuti Artic" karya Chairil Anwar adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perasaan dan dinamika hubungan antara penulis (subjek puisi) ....
Tuti Artic

Antara bahagia sekarang dan nanti jurang ternganga,
Adikku yang lagi keenakan menjilat Es Artic;
Sore ini kau cintaku, kuhiasi dengan Susu + coca cola.
Isteriku dalam latihan: kita hentikan jam berdetik.

Kau pintar benar bercium, ada goresan tinggal terasa
— ketika kita bersepeda kuantar kau pulang — 
Panas darahmu, sungguh lekas kau jadi dara,
Mimpi tua bangka ke langit lagi menjulang.

Pilihanmu saban hari menjemput, saban kali bertukar;
Besok kita berselisih jalan, tidak kenal tahu:
Sorga hanya permainan sebentar.

Aku juga seperti kau, semua lekas berlalu
Aku dan Tuti + Greet + Amoi... hati terlantar,
Cinta adalah bahaya yang lekas jadi pudar.

1947

Sumber: Deru Campur Debu (1949)

Analisis Puisi:

Puisi "Tuti Artic" karya Chairil Anwar adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perasaan dan dinamika hubungan antara penulis (subjek puisi) dengan seorang wanita yang disebut Tuti. Puisi ini mencerminkan tentang perubahan, keraguan, dan kesadaran akan keadaan yang fana.

Hubungan dan Perubahan: Puisi ini menggambarkan hubungan antara subjek puisi (penulis) dan Tuti sebagai suatu perjalanan yang penuh dengan perubahan. Penyair merujuk pada adiknya yang menikmati makanan penutup "Es Artic" dan kemudian menghubungkannya dengan bahagia "sekarang" dan jurang yang ternganga "nanti." Ini mencerminkan sifat sementara dan berubahnya keadaan dalam hubungan dan kehidupan.

Pergeseran Waktu dan Pengalaman: Puisi ini juga mencerminkan pergeseran waktu dan pengalaman. Dalam penggambaran isteri yang sedang berlatih dan penutup "Susu + coca cola," ada penekanan pada perubahan yang terjadi seiring waktu. Penyair menyadari bahwa kehidupan akan terus bergerak maju dan mengalami perubahan, termasuk dalam hubungan cinta.

Ketidakpastian dan Keraguan: Penyair juga mengungkapkan ketidakpastian dan keraguan terhadap masa depan hubungan tersebut. Pilihan dan jalan yang diambil setiap hari terkadang berubah, dan penyair menyadari bahwa hubungan dengan Tuti bisa mengalami perubahan drastis. Bahkan penggambaran surga (sorga) sebagai "permainan sebentar" menunjukkan keraguan tentang kekekalan hubungan atau kebahagiaan.

Pemudaran Cinta: Puisi ini juga mengungkapkan pemudaran cinta sebagai suatu bahaya yang nyata. Penyair merenungkan bagaimana cinta dapat dengan cepat memudar, dan ia merasa hatinya "terlantar" bersama Tuti, Greet, dan Amoi. Ini menggambarkan bahwa perasaan cinta yang awalnya intens dan kuat dapat berubah seiring berjalannya waktu.

Puisi "Tuti Artic" adalah gambaran tentang perubahan, ketidakpastian, dan pemudaran dalam hubungan cinta. Melalui penggambaran hubungan antara subjek puisi dan Tuti, penyair menggambarkan bahwa kehidupan dan cinta adalah hal yang sementara, dan perubahan adalah bagian alaminya. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang dinamika hubungan manusia dan sifat keterbatasan serta ketidakpastian dalam hidup.

Chairil Anwar
Puisi: Tuti Artic
Karya: Chairil Anwar

Biodata Chairil Anwar:
  • Chairil Anwar lahir di Medan, pada tanggal 26 Juli 1922.
  • Chairil Anwar meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 28 April 1949 (pada usia 26 tahun).
  • Chairil Anwar adalah salah satu Sastrawan Angkatan 45.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Lagu Siul (1) Laron pada mati Terbakar di sumbu lampu Aku juga menemu Ajal di cerlang caya matamu Heran! ini badan yang selama berjaga Habis hangus di api matamu 'Ku kaya…
  • Dengan Mirat Kamar ini jadi sarang penghabisan di malam yang hilang batas Aku dan dia hanya menjengkau rakit hitam. 'Kan terdamparkah atau terserah pada putaran hitam?…
  • Siap-sedia kepada angkatanku Tanganmu nanti tegang kaku, Jantungmu nanti berdebar berhenti, Tubuhmu nanti mengeras batu, Tapi kami sederap mengganti, Teru…
  • Buat Gadis Rasid Antara daun-daun hijau padang lapang dan terang anak-anak kecil tidak bersalah, baru bisa lari-larian burung-burung merdu hujan segar dan menyeba…
  • Orang Berdua Kamar ini jadi sarang penghabisan di malam yang hilang batas. Aku dan dia hanya menjengkau rakit hitam Kan terdamparkah atau terserah pada putaran pitam?…
  • Sebuah Kamar Sebuah jendela menyerahkan kamar ini pada dunia. Bulan yang menyinar ke dalam mau lebih banyak tahu. "Sudah lima anak bernyawa di sini, Aku salah satu!" Ibuku …
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.