Teluk Bone
pangkal malam
langit menutup keras matanya
badai gila menghantu
pintu gerbang neraka
dan angin melibatkan
laut kapal dan hatiku
dan dalam gelap, gelap, gelap
dunia makin jauh, jauh
dan dalam gelap, gelap, gelap
rasa lebih dekat pada maut
katakan oh maut
apakah kau seperti malaikat?
atau betina galak?
katakan!
dengan lesu
para penumpang berteriak:
pantai
Sumber: Horison (Oktober, 1968)
Analisis Puisi:
Puisi "Teluk Bone" karya Husain Landitjing menggambarkan suasana yang mencekam di tengah lautan yang dilanda badai. Dengan penggunaan bahasa yang kuat dan penuh emosi, puisi ini menghadirkan pengalaman dramatis tentang ketakutan, kesendirian, dan kedekatan dengan maut.
Tema
Tema utama dalam puisi ini adalah ketakutan dan keterasingan di tengah badai lautan. Puisi ini juga bisa diinterpretasikan sebagai refleksi atas ketidakpastian hidup dan kedekatan dengan kematian.
Makna Tersirat
Secara tersirat, puisi ini tidak hanya berbicara tentang badai di Teluk Bone secara fisik, tetapi juga bisa diartikan sebagai badai kehidupan yang menghantam manusia. Ketidakpastian dan ketakutan terhadap maut menjadi simbol perenungan eksistensial tentang kehidupan dan kematian.
Puisi ini menggambarkan suasana di tengah badai yang ganas, di mana laut, kapal, dan perasaan tokoh di dalamnya terombang-ambing dalam ketidakpastian. Sang penyair menyuarakan pertanyaan tentang kematian, seolah-olah menghadapi kemungkinan ajal di tengah badai. Pada akhirnya, para penumpang yang dilanda kepanikan hanya mampu berteriak menyebut "pantai," yang mungkin melambangkan harapan akan keselamatan.
Majas
Puisi ini menggunakan majas personifikasi, seperti pada larik "langit menutup keras matanya" yang menggambarkan langit seolah-olah memiliki sifat manusia. Selain itu, terdapat majas repetisi dalam pengulangan kata "gelap, gelap, gelap" dan "jauh, jauh," yang memperkuat suasana mencekam dan ketidakpastian yang dirasakan dalam puisi.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Puisi ini memberikan pesan bahwa manusia pada akhirnya harus menghadapi ketidakpastian hidup dan kematian. Dalam badai yang mengancam, manusia dihadapkan pada perasaan takut dan keinginan untuk bertahan. Puisi ini juga mengajak pembaca untuk merenungkan eksistensi dan menghadapi ketakutan dengan keberanian.
Imaji
Puisi ini memunculkan imaji visual yang kuat, seperti gambaran badai ganas, langit yang tertutup, dan kegelapan yang mendalam. Imaji auditif juga hadir dalam larik "para penumpang berteriak: pantai," yang menggambarkan kepanikan dan harapan dalam situasi genting.
Puisi "Teluk Bone" karya Husain Landitjing adalah puisi yang menggambarkan ketakutan dan ketidakpastian dalam menghadapi maut di tengah badai lautan. Dengan bahasa yang penuh emosi dan penggunaan majas yang kuat, puisi ini menghadirkan suasana yang mencekam dan mengajak pembaca untuk merenungkan makna kehidupan dan kematian.
Karya: Husain Landitjing
Biodata Husain Landitjing:
- Husain Landitjing lahir pada tanggal 23 September 1938 di Makale, Dati II Tana Toraja, Sulawesi.