Puisi: Tangga ke Mahawu (Karya Acep Zamzam Noor)

Puisi "Tangga ke Mahawu" karya Acep Zamzam Noor bercerita tentang seorang individu yang mendaki Tangga ke Mahawu sambil merenungkan perjalanan ...
Tangga ke Mahawu

Aku hanya menghitung sejumlah jari
Pada tanganku. Tak ada Rosario lapis lazuli
Atau tasbih pandan suji dalam genggamanku
Dingin udara memperlambat langkah hari

Aku hanya membilang detik dan menit
Pada tangga usiaku. Lalu mencatat nyeri
yang ditancapkan paku berkarat ke daging kayu
Dari telapak tanganku menetes darah sunyi

Aku hanya menghitung butiran kancing
Pada kemejaku. Tak ada lagi semerbak sulfur
Atau harum ambar yang tercium dalam semadiku
Waktu terkubur bersama lembar-lembar amsal

Aku hanya membilang bulan dan tahun
Pada jadwal kematianku. Lalu mengekalkan luka
Yang dulu dibenturkan pahat baja ke sebongkah batu
Tanpa terasa ada yang mengalir dari sudut lambungku.

2015

Sumber: Kompas (Sabtu, 9 Juli 2016)

Analisis Puisi:

Puisi "Tangga ke Mahawu" karya Acep Zamzam Noor merupakan puisi yang penuh dengan simbolisme spiritual dan refleksi eksistensial. Dengan penggunaan diksi yang kuat dan imaji yang mendalam, puisi ini membawa pembaca ke dalam perenungan tentang waktu, kehidupan, dan penderitaan.

Tema

Puisi ini mengangkat tema refleksi spiritual, perjalanan hidup, dan penderitaan sebagai bagian dari eksistensi manusia. Penyair menggambarkan perjalanan menaiki Tangga ke Mahawu bukan hanya sebagai perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan batin.

Makna Tersirat

Puisi ini menyiratkan bahwa perjalanan hidup adalah proses yang dipenuhi dengan penderitaan, perenungan, dan pencarian makna. Beberapa bait menunjukkan simbol-simbol religius yang mencerminkan penderitaan dan perjalanan spiritual:
  • "Tak ada Rosario lapis lazuli atau tasbih pandan suji dalam genggamanku." → Mengisyaratkan ketiadaan simbol-simbol religius dalam perjalanan batin sang penyair, menunjukkan pencarian makna yang lebih personal.
  • "Dari telapak tanganku menetes darah sunyi." → Bisa diartikan sebagai penderitaan batin yang tidak tampak oleh orang lain, seperti perjalanan rohani yang sunyi dan penuh luka.
  • "Lalu mengekalkan luka yang dulu dibenturkan pahat baja ke sebongkah batu." → Luka yang abadi, seperti penderitaan yang terus diingat dalam perjalanan hidup.
Puisi ini bercerita tentang seorang individu yang mendaki Tangga ke Mahawu sambil merenungkan perjalanan hidupnya, luka-luka yang dialami, dan makna keberadaannya. Mahawu, yang merupakan nama gunung di Sulawesi Utara, menjadi simbol perjalanan spiritual yang berat dan penuh tantangan.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini terasa melankolis, reflektif, dan penuh perenungan. Ada kesan kesepian dan ketidakpastian dalam perjalanan yang digambarkan penyair.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Puisi ini menyampaikan bahwa hidup adalah perjalanan yang penuh dengan penderitaan dan pencarian makna. Manusia sering kali merasa sendiri dalam perjalanan ini, tetapi harus terus berjalan meskipun dihadapkan pada luka dan keterbatasan.

Imaji

  • Imaji visual → "Aku hanya menghitung butiran kancing pada kemejaku." → Memberikan gambaran seseorang yang termenung, memperhatikan hal-hal kecil dalam kesunyian.
  • Imaji auditorik → "Lalu mencatat nyeri yang ditancapkan paku berkarat ke daging kayu." → Menimbulkan efek suara gesekan yang tajam dan menyakitkan.
  • Imaji kinestetik → "Dingin udara memperlambat langkah hari." → Menggambarkan sensasi fisik yang memperlambat perjalanan.

Majas

  • Personifikasi → "Dingin udara memperlambat langkah hari." → Udara seolah memiliki kekuatan untuk mengendalikan waktu.
  • Metafora → "Dari telapak tanganku menetes darah sunyi." → Luka batin yang tidak terlihat tetapi dirasakan mendalam.
  • Simbolisme → Banyak elemen dalam puisi ini yang bersifat simbolis, seperti "Rosario lapis lazuli," "tasbih pandan suji," dan "pahat baja ke sebongkah batu," yang semuanya merujuk pada perjalanan spiritual dan penderitaan.
Puisi "Tangga ke Mahawu" karya Acep Zamzam Noor adalah sebuah refleksi eksistensial tentang perjalanan hidup, penderitaan, dan pencarian makna. Dengan simbolisme religius dan suasana yang melankolis, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungi perjalanan spiritual mereka sendiri.

Acep Zamzam Noor
Puisi: Tangga ke Mahawu
Karya: Acep Zamzam Noor

Biodata Acep Zamzam Noor:
  • Acep Zamzam Noor (Muhammad Zamzam Noor Ilyas) lahir pada tanggal 28 Februari 1960 di Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia.
  • Ia adalah salah satu sastrawan yang juga aktif melukis dan berpameran.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.