Puisi: Tampang Kemiskinan (Karya Aspar Paturusi)

Puisi "Tampang Kemiskinan" karya Aspar Paturusi mengeksplorasi kemiskinan sebagai fenomena sosial yang tak kunjung berubah.
Tampang Kemiskinan

jangan biarkan kemiskinan berkeliaran
setiap rumah telah memalang pintu
kampung sudah lelah hadapi wabahnya

sebenarnya kemiskinan tak membuat takut
sejak dahulu kala senantiasa bersama kami
amarah dan bengisnya sangat kami hafal

kemiskinan itu juga singgah di negerimu?
jangan diam, giringlah dia menjauh

kemiskinan di kampung
tak pernah berubah tampang

Jakarta, 21 April 2012

Analisis Puisi:

Puisi "Tampang Kemiskinan" karya Aspar Paturusi adalah sebuah karya yang kuat dan penuh perasaan, mengangkat tema kemiskinan dengan cara yang mendalam dan reflektif.

Tema Utama

  • Kemiskinan sebagai Masalah Sosial yang Tak Pernah Berubah: Tema utama puisi ini adalah kemiskinan dan dampaknya pada masyarakat. Paturusi menyoroti kemiskinan sebagai fenomena yang selalu ada dan tidak pernah berubah, meskipun telah ada upaya untuk mengatasinya. Penggunaan frasa seperti “setiap rumah telah memalang pintu” dan “kampung sudah lelah hadapi wabahnya” menunjukkan bahwa kemiskinan adalah masalah yang telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari dan menjadi beban yang berat bagi masyarakat.
  • Kemiskinan sebagai Musuh yang Menakutkan dan Menetap: Puisi ini juga menggambarkan kemiskinan sebagai musuh yang menakutkan dan menetap. Dengan pernyataan bahwa kemiskinan “tak membuat takut” dan “senantiasa bersama kami,” Paturusi menggambarkan kemiskinan sebagai bagian dari kehidupan yang tak terpisahkan dan memiliki dampak emosional yang mendalam. Kemiskinan digambarkan sebagai sesuatu yang sudah begitu familiar dan sering dihadapi sehingga tampak seperti bagian dari eksistensi sehari-hari.
  • Seruan untuk Tindakan: Paturusi tidak hanya menggambarkan kemiskinan, tetapi juga menyerukan tindakan. Dengan frasa “jangan diam, giringlah dia menjauh,” puisi ini mendorong pembaca untuk tidak pasif terhadap masalah kemiskinan. Ini adalah ajakan untuk bertindak, mengatasi kemiskinan, dan mencari solusi agar kemiskinan tidak terus-menerus menjadi bagian dari kehidupan masyarakat.

Gaya Bahasa dan Struktur

  • Bahasa yang Kuat dan Langsung: Paturusi menggunakan bahasa yang kuat dan langsung untuk mengungkapkan pesan-pesannya. Frasa seperti “kemiskinan berkeliaran” dan “kampung sudah lelah hadapi wabahnya” menggambarkan kemiskinan dengan cara yang konkret dan mengena. Bahasa ini memberikan kesan urgensi dan kepedihan yang dirasakan oleh masyarakat yang menghadapi kemiskinan.
  • Imaji yang Menonjol: Puisi ini menggunakan imagery untuk menggambarkan kemiskinan dan dampaknya. “Setiap rumah telah memalang pintu” menciptakan gambaran visual tentang bagaimana kemiskinan mengisolasi dan membatasi akses ke kehidupan yang lebih baik. Penggunaan imagery ini membantu pembaca memahami dan merasakan dampak kemiskinan secara lebih mendalam.
  • Struktur yang Teratur dan Penuh Makna: Puisi ini memiliki struktur yang teratur dengan pengulangan tema dan pesan di setiap bait. Struktur ini memperkuat pesan tentang ketidakberubahan kemiskinan dan seruan untuk tindakan. Pengulangan frasa seperti “kemiskinan” dan “jangan” memberikan penekanan pada tema utama dan ajakan untuk mengatasi masalah tersebut.

Makna dan Refleksi

Puisi "Tampang Kemiskinan" adalah puisi yang mengeksplorasi kemiskinan sebagai fenomena sosial yang tak kunjung berubah. Paturusi mengungkapkan kemiskinan sebagai musuh yang menakutkan dan menetap, mengingatkan pembaca akan dampaknya yang mendalam dan terus-menerus. Namun, puisi ini juga memberikan seruan untuk tindakan, mendorong pembaca untuk tidak diam dan mencari cara untuk mengatasi masalah kemiskinan.

Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang bagaimana kemiskinan mempengaruhi kehidupan masyarakat dan bagaimana kita dapat bertindak untuk mengurangi dampaknya. Dengan menggambarkan kemiskinan secara langsung dan emosional, Paturusi menyoroti perlunya perhatian dan tindakan nyata untuk mengatasi masalah ini.

Puisi "Tampang Kemiskinan" karya Aspar Paturusi adalah karya yang mendalam dan reflektif, menggambarkan kemiskinan sebagai masalah sosial yang tak pernah berubah dan selalu ada. Melalui bahasa yang kuat, imagery yang menonjol, dan seruan untuk tindakan, puisi ini menyampaikan pesan penting tentang perlunya mengatasi kemiskinan dan mencari solusi untuk masalah yang terus-menerus mengganggu masyarakat. Paturusi berhasil menyampaikan pesan dengan cara yang mengena dan memotivasi pembaca untuk berpikir dan bertindak.

Aspar Paturusi
Puisi: Tampang Kemiskinan
Karya: Aspar Paturusi

Biodata Aspar Paturusi:
  • Nama asli Aspar Paturusi adalah Andi Sopyan Paturusi.
  • Aspar Paturusi lahir pada tanggal 10 April 1943 di Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.