Puisi: Tak Ada Kabar Pagi Ini (Karya Isbedy Stiawan ZS)

Puisi "Tak Ada Kabar Pagi Ini" karya Isbedy Stiawan ZS bercerita tentang seseorang yang merenungkan kematian yang terus terjadi di sekitarnya.

Tak Ada Kabar Pagi Ini


tak ada kabar pagi ini
selain cerita kematian
kemarin dan kemarin lagi

enam burung lepas terbang
menuju langit, dan kelak
akan kembali menjadi ababil
di paruhnya batu-batu api
menghunjami bumi

seorang guru berjalan dari
sepi ke sunyi. menuju tempat
tersunyi. sebagai tanah liat
pulang pada cahaya taman

dan aku belum pula beranjak
dari kursi depan jendela rumah
daun-daun di halaman basah
seusai junub fajar tadi
"ini Desember musim hujan,
kekasih…"

tapi, orang-orang telah siap
mengguyur tubuhku seluruh
sungai-sungai dingin menungguku
untuk mengalirkan ke kualamu

KA, 11 Desember 2020

Analisis Puisi:

Puisi "Tak Ada Kabar Pagi Ini" mengangkat tema tentang kematian, kesedihan, dan kefanaan hidup. Narasi dalam puisi ini menggambarkan kehilangan yang mendalam, dengan suasana yang melankolis dan reflektif.

Makna Tersirat

Puisi ini menyiratkan tentang perputaran hidup yang selalu diiringi oleh kematian. Tidak ada kabar baru selain berita kematian yang terus berulang (kemarin dan kemarin lagi), seolah-olah kehidupan hanya berjalan menuju akhir yang sama. Simbol burung ababil yang membawa batu-batu api bisa dimaknai sebagai gambaran kehancuran atau takdir yang tidak bisa dihindari.

Selain itu, gambaran seorang guru yang berjalan dari sepi ke sunyi menunjukkan perjalanan seseorang menuju akhir hidupnya, kembali menjadi tanah liat yang akan menyatu dengan alam.

Di sisi lain, tokoh aku dalam puisi ini masih terjebak dalam perenungan, duduk di depan jendela sambil menyaksikan perubahan musim yang melambangkan siklus kehidupan. Ada perasaan pasrah, tetapi juga ketakutan terhadap takdir yang menanti.

Puisi ini bercerita tentang seseorang yang merenungkan kematian yang terus terjadi di sekitarnya. Kematian menjadi sebuah kabar yang tak terhindarkan dan terus berulang. Ada gambaran tentang seseorang yang bersiap menghadapi ajal, dengan simbol air yang menunggu untuk menyucikan tubuhnya, yang bisa diartikan sebagai prosesi terakhir sebelum dikembalikan kepada alam.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini cenderung muram, reflektif, dan penuh ketenangan yang suram. Ada kesan kesedihan mendalam, terutama dari pengulangan berita kematian yang menjadi satu-satunya kabar yang datang di pagi hari.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Puisi ini menyampaikan pesan tentang kefanaan hidup dan kepastian kematian. Setiap orang pada akhirnya akan kembali ke tanah, dan kehidupan adalah siklus yang terus berulang. Kematian bukan sekadar kehilangan, tetapi juga perjalanan kembali menuju cahaya.

Imaji

Puisi ini mengandung banyak imaji yang memperkuat suasana duka dan kesedihan:
  • Imaji visual: "enam burung lepas terbang menuju langit," memberikan gambaran tentang roh yang meninggalkan dunia.
  • Imaji taktil: "sungai-sungai dingin menungguku," menciptakan sensasi dingin yang bisa diartikan sebagai air untuk penyucian sebelum peristirahatan terakhir.
  • Imaji auditif: "tak ada kabar pagi ini selain cerita kematian," memberikan efek keheningan yang dalam, di mana hanya berita duka yang terdengar.

Majas

  • Metafora: "seorang guru berjalan dari sepi ke sunyi," menggambarkan perjalanan seseorang menuju kematian.
  • Simbolisme: "burung ababil membawa batu api," bisa diartikan sebagai pertanda kehancuran atau kepastian takdir yang akan datang.
  • Personifikasi: "sungai-sungai dingin menungguku," seakan sungai memiliki kesadaran dan siap menerima tubuh seseorang yang telah tiada.
Puisi "Tak Ada Kabar Pagi Ini" karya Isbedy Stiawan ZS adalah refleksi mendalam tentang kematian dan kefanaan hidup. Dengan suasana muram dan simbol-simbol yang kuat, puisi ini menggambarkan perputaran hidup yang terus diiringi oleh perpisahan dan kehilangan. Namun, di balik semua itu, ada ketenangan dalam kepasrahan terhadap takdir yang tak terhindarkan.

Isbedy Stiawan ZS
Puisi: Tak Ada Kabar Pagi Ini
Karya: Isbedy Stiawan ZS

Biodata Isbedy Stiawan ZS:

  • Isbedy Stiawan ZS lahir di Tanjungkarang, Bandar Lampung, pada tanggal 5 Juni 1958.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Lepas Kerja (1) jalan-jalan riuh dalam lumpuh bayang-bayang memanjang sebuah kota kelabu tanpa daya dalam gerutu (2) bersenandung dalam kepalaku perempuan tu…
  • Cuaca (1) di pendopo tak ada sandal berserakan, di pelataran rumput tak tumbuh barang sebatang. debu begitu rapi menyusun undakan dari sentong hingga pringgitan. (…
  • Jamur berpegang ke gagang jamur aku berpayung melangkah memasuki bangunan-bangunan kota yang baur kabur lebur hancur terguyur hujan (langit adalah tumpukan jubah yang memburai…
  • Tuding dengan bilah rautan bambu kueja huruf-hurufmu, bacaan yang harus dimulai dengan basuhan. ta’ dommah, ha’ fathah, nun sukun. dan bilah bambu itu memanjang jadi ga…
  • Berpelukanlah Anak dan Ibu Itu (1) ibu, kemarau telah datang, doakan aku tak lagi kedinginan bila pagi hari datang doakan pula aku, ibu agar matahari tak lagi men…
  • Siti Surabaya karena aku terlahir di sini dari keluarga seperti ini maka namaku siti, siti jamilah tepatnya lambang kesuburan dan keindahan kata orang tuaku tapi aku tak pe…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.