Sketsa (1)
Suara malam luput dari genggaman
jemariku. Seekor cicak tiba-tiba bernyanyi
ketika aku tinggal sendiri
Di luar, langit bagai pengantin gemerlapan
Sesuatu terasa lenyap, langkahnya sayup
ke dalam ruang kematian yang menunggu
Betapa hari esok akan menarik nafasnya lagi
tambah mendesak ke ruang harapku
Malam ini, tiga batang rokok dan korek api
jadi sahabatku dalam sepi
Sketsa (2)
Bulan merenda dedaunan dengan cahayanya
Berkayuh ia perlahan di atas lautan puisi
kuketuk pintu berulang kali
dari dalam menyahut kehidupan
mengaduk debarku dengan sepi
Sumber: Horison (Agustus, 1969)
Analisis Puisi:
Puisi "Sketsa" karya Z. Pangaduan Lubis adalah puisi yang mencerminkan suasana kesunyian dan perenungan dalam keheningan malam. Dibagi menjadi dua bagian (Sketsa 1 dan Sketsa 2), puisi ini menggambarkan kesendirian, harapan, serta hubungan antara manusia dan alam.
Tema
Tema utama dalam puisi ini adalah kesepian dan perenungan dalam keheningan malam. Ada juga unsur harapan dan pencarian makna dalam kehidupan yang terasa dalam setiap baitnya.
Makna Tersirat
Secara tersirat, puisi ini menggambarkan perjalanan batin seseorang dalam menghadapi kesunyian dan waktu yang terus berjalan. Malam menjadi simbol dari kesendirian dan refleksi diri, sementara keesokan harinya melambangkan harapan yang masih ada. Dalam Sketsa 2, ada kesan bahwa kehidupan tetap berjalan meskipun sang penyair merasakan sepi yang mendalam.
Puisi ini bercerita tentang seseorang yang berada dalam kesendirian di malam hari, ditemani oleh suara cicak, rokok, dan korek api. Langit malam yang "bagai pengantin gemerlapan" menciptakan kontras antara keindahan luar dan kesunyian dalam diri. Pada Sketsa 2, bulan dan cahaya yang menyelimuti dedaunan menjadi simbol refleksi dan harapan. Tokoh dalam puisi ini mengetuk pintu kehidupan, yang bisa diartikan sebagai usahanya untuk tetap terhubung dengan realitas meskipun dibalut oleh kesepian.
Majas
Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
- Personifikasi: "Seekor cicak tiba-tiba bernyanyi", "Bulan merenda dedaunan dengan cahayanya" – Memberikan sifat manusia kepada binatang dan benda mati.
- Metafora: "Langit bagai pengantin gemerlapan" – Langit diibaratkan sebagai pengantin yang berkilau, menggambarkan keindahan malam.
- Repetisi: "Kuketuk pintu berulang kali" – Pengulangan yang menunjukkan usaha untuk mencari jawaban dalam kehidupan.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Puisi ini menyampaikan pesan bahwa kesepian adalah bagian dari perjalanan hidup, namun di dalamnya masih ada harapan. Malam yang sepi bukan akhir dari segalanya, karena esok hari akan kembali membawa kehidupan baru.
Imaji
Puisi ini menghadirkan berbagai imaji, antara lain:
- Imaji auditif: "Seekor cicak tiba-tiba bernyanyi", "kuketuk pintu berulang kali" – Menghadirkan suasana sunyi yang dipecahkan oleh suara-suara kecil.
- Imaji visual: "Langit bagai pengantin gemerlapan", "bulan merenda dedaunan dengan cahayanya" – Gambaran langit malam yang penuh cahaya menciptakan visual yang indah.
Puisi "Sketsa" karya Z. Pangaduan Lubis adalah puisi yang menggambarkan kesunyian dan refleksi diri dalam malam yang penuh perenungan. Dengan metafora alam yang kuat, puisi ini menghadirkan perasaan kesepian, namun juga memberi isyarat tentang harapan dan kehidupan yang terus berjalan.