Puisi: Sepanjang Zaman (Karya Ahmad Yani AZ)

Tema utama puisi "Sepanjang Zaman" adalah kerinduan akan tradisi yang bertahan di tengah arus modernisasi. Tradisi yang dimaksud adalah tradisi ...
Sepanjang Zaman
(Obor Ramadhan)

Sesaat lagi akan ada sinar menerangi segenap jiwa
tak sekedar kerinduan
dan kemarin nyaring suaranya terkunci waktu
meski sejenak sempat menggema melalui virtual
dan arakan sahur, tradisi yang takkan pernah tergilas pergantian zaman

Marhaban Ya Ramadhan 2022

Kuala Tungkal, 29 Maret 2022
01.27 Dini Hari

Analisis Puisi:

Tema utama puisi "Sepanjang Zaman" adalah kerinduan akan tradisi yang bertahan di tengah arus modernisasi. Tradisi yang dimaksud adalah tradisi sahur, yang tidak sekadar rutinitas, tetapi memiliki makna mendalam dalam kehidupan sosial dan spiritual masyarakat.

Makna Tersirat

Puisi ini menyiratkan bahwa tradisi memiliki kekuatan untuk bertahan sepanjang zaman, meskipun teknologi dan perubahan zaman terus bergerak maju. Di balik perubahan bentuk komunikasi yang kini serba virtual, ada kerinduan akan suara-suara khas sahur yang dahulu lebih nyata terdengar.

Selain itu, puisi ini juga menyiratkan bahwa tradisi sahur bukan sekadar kegiatan membangunkan orang untuk makan, tetapi juga memiliki nilai spiritual yang menerangi jiwa. Tradisi adalah penghubung antara masa lalu, masa kini, dan masa depan.

Puisi ini bercerita tentang bagaimana tradisi sahur terus hidup dan bergema, meski zaman telah berubah. Suara sahur yang dulu begitu nyata di telinga, kini beralih ke ruang virtual, tetapi esensi kerinduan dan maknanya tetap utuh. Puisi ini menegaskan bahwa tradisi sahur adalah warisan budaya yang tak akan tergilas oleh waktu.

Suasana dalam Puisi

Suasana yang tergambar dalam puisi ini adalah nostalgia yang penuh kerinduan, namun juga disertai optimisme bahwa tradisi sahur akan terus hidup di tengah perubahan zaman.

Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi

Pesan yang ingin disampaikan penyair adalah bahwa tradisi memiliki peran penting dalam menjaga identitas dan nilai-nilai budaya. Meskipun teknologi mengubah cara manusia berinteraksi, tradisi yang memiliki makna spiritual dan sosial akan tetap relevan sepanjang zaman. Puisi ini juga mengajak kita untuk tidak melupakan akar budaya, meski dunia bergerak semakin modern.

Imaji

Puisi ini menghadirkan beberapa imaji, seperti:
  • “sinar menerangi segenap jiwa” yang menghadirkan gambaran cahaya spiritual di waktu sahur.
  • “nyaring suaranya terkunci waktu” menciptakan imaji tentang suara sahur yang pernah menggema kuat, kini meredup seiring waktu.
  • “arakan sahur” memberikan gambaran visual tentang tradisi membangunkan sahur yang melibatkan kebersamaan warga.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
  • Metafora: “sinar menerangi segenap jiwa” melambangkan makna spiritual dalam tradisi sahur.
  • Personifikasi: “nyaring suaranya terkunci waktu” memberikan sifat manusiawi pada suara sahur yang seolah ditahan oleh waktu.
  • Hiperbola: “tradisi yang takkan pernah tergilas pergantian zaman” menegaskan betapa kuatnya tradisi sahur bertahan melawan arus modernisasi.

Puisi Ahmad Yani AZ
Puisi: Sepanjang Zaman
Karya: Ahmad Yani AZ

Biodata Ahmad Yani AZ:

Ahmad Yani AZ lahir di Kuala Tungkal (Bungsu dari 9 bersaudara, 11 Februari 1969. Sejak kelas 4 SD sudah mulai mencoba untuk terjun ke dunia kepenulisan dan sampai SLTA maupun saat melanjutkan studi pada Akademi Komunikasi Jurnalistik Yogyakarta sampai sekarang ini. Yang pada waktu itu mengikuti test pada Universitas Jambi, IKIP Karang Malang dan Institut Seni Indonesia Jurusan Tari, justru lulus pada Akademi Komunikasi Jurnalistik Yogyakarta (tahun 1993).

Di samping menekuni dunia kepenulisan, juga sambil aktif mengisi waktu masuk di sanggar Natya Lakshita Yogyakarta pimpinan Didik Nini Thowok (3 bulan) dan LPK. Kepenyiaran Radio & TV (Jurusan Kepenulisan Naskah 1994).

Selesai di Akademi Komunikasi Yogyakarta dan kembali ke kampung halaman, kemudian menjadi Freelance Journalist (dan magang) di Harian Independent (yang sekarang Jambi Independent) kemudian aktif menulis di rubrik opini dan budaya di Pos Metro, Jambi Ekspres dan sempat menjadi Kabiro/Reporter Mingguan Jambi Post (1998-2000), Pimred Bulletin Poltik KIN RADIO (2004), kemudian diminta menjadi staf redaksi Mingguan Media Pos Medan (lebih kurang 1,5 tahun: 2002), Wakil Sekretaris Pincab. Pemuda Panca Marga (2001–2014), Bagian Seni Budaya/Pariwisata Pemuda Panca Marga Tanjab Barat 2014-2018 dan 2009-2012 Freelance Journalist: Harian Radar Tanjab, Pos Metro, Jambi Eks, Jambi Independent, Infojambi, Tipikor Meda, Harian Jambi, Tribun, Staf Disporabudpar Tanjab Barat (November 2014 sampai sekarang Wartawan/Pengasuh Rubrik Seni dan Sastra Harian Tungkal Post). Putra bungsu H. Ahmad Zaini (Tokoh Pejuang/Anggota Veteran, Anggota Laskar Hisbullah, Barisan Selempang Merah & Saksi/Pelaku Sejarah).

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.